Spilltekno – Seorang influencer asal Amerika Serikat, Sam Jones, tengah menjadi pusat kontroversi setelah aksinya membawa bayi wombat dari induknya di Australia menuai kecaman luas. Dengan lebih dari 96.000 pengikut di Instagram, Jones mendapat sorotan tajam dari publik setelah videonya yang memperlihatkan insiden tersebut viral di media sosial.
Dalam rekaman yang kini telah dihapus, Jones terlihat menggendong bayi wombat di pinggir jalan pada malam hari, sebelum kemudian melarikan diri dengan membawanya. Aksi ini memicu reaksi keras, dengan banyak pihak menilai bahwa tindakannya telah mengganggu satwa liar yang dilindungi di Australia.
Jones dijadwalkan untuk tampil di acara bincang-bincang The Project di Channel 10 pada Minggu, 16 Maret 2025, guna menjelaskan perbuatannya. Namun, ia membatalkan wawancara tersebut pada menit terakhir dan hanya mengirimkan pernyataan video sebagai gantinya. Dalam video itu, ia mengaku bertanggung jawab atas tindakannya dan menyesali “kesalahan besar” yang telah ia buat. Namun, ia kemudian mengalihkan fokus dengan melontarkan kritik tajam terhadap kebijakan pemerintah Australia.
“Saya kagumi betapa warga Australia sangat peduli dengan satwa liar mereka,” ujar Jones dalam pernyataannya. “Tapi ada sesuatu yang jauh lebih besar di sini. Pemerintah Australia setiap tahun mengeluarkan izin untuk membunuh ribuan wombat dan jutaan kanguru.”
Jones juga menuding pemerintah menghabiskan jutaan dolar dari pajak warga untuk apa yang ia sebut sebagai “pembantaian massal” terhadap berbagai spesies satwa liar, termasuk kuda liar Snowy River dan Kosciuszko, babi hutan, serta beberapa jenis rusa. Ia bahkan mengarahkan pengikutnya ke akun X-nya, @AustraliaCulls, yang kini dibatasi, untuk melihat bukti berupa foto-foto yang menurutnya belum pernah dipublikasikan sebelumnya.
Serangan Jones terhadap pemerintah Australia bukan hal baru. Sebelumnya, pada Jumat, 14 Maret 2025, ia telah meminta maaf atas insiden wombat melalui Instagram, namun tetap mengecam pihak berwenang, termasuk Perdana Menteri Anthony Albanese. Jones menuding Albanese “mendoakan” agar dirinya dihukum, sembari menyoroti isu kekurangan listrik di Australia serta perlakuan pemerintah terhadap satwa liar asli.
Mengenai insiden wombat, Jones mengklaim bahwa ia hanya berusaha menyelamatkan bayi wombat tersebut dari bahaya. Dalam unggahan di Instagram, ia menjelaskan bahwa saat menemukan induk dan anak wombat di jalan dalam kondisi tidak bergerak, ia khawatir mereka terluka atau sakit. Ia kemudian menggendong bayi wombat untuk memeriksanya, namun panik dan lari karena takut diserang induknya.
Penjelasan ini justru memicu lebih banyak skeptisisme di kalangan warganet. Kesalahannya dalam menyebut wombat sebagai “kanguru” dalam pernyataan membuatnya semakin diejek di media sosial. Selain itu, kredibilitasnya turut dipertanyakan setelah sebelumnya mengklaim dirinya sebagai “ahli biologi satwa liar dan ilmuwan lingkungan” di Instagram, meskipun klaim tersebut kini diperdebatkan.
Insiden ini tidak hanya menimbulkan perdebatan tentang perlindungan satwa liar di Australia, tetapi juga menyoroti tanggung jawab influencer dalam berinteraksi dengan alam. Meskipun Jones berusaha mengalihkan perhatian ke kebijakan pemerintah, banyak pihak tetap menyoroti tindakannya sendiri, menuntut agar ia menghadapi konsekuensi hukum atas gangguan terhadap spesies yang dilindungi. Hingga kini, otoritas Australia belum memberikan pernyataan resmi mengenai langkah hukum yang akan diambil terhadapnya.
Sejumlah pakar konservasi dan aktivis satwa liar juga ikut angkat bicara terkait tindakan Jones. Menurut mereka, tindakan mengambil bayi wombat tanpa konsultasi dengan ahli justru bisa membahayakan hewan tersebut. Bayi wombat yang dipisahkan dari induknya dalam kondisi yang tidak tepat bisa mengalami stres ekstrem, bahkan berisiko mati karena kehilangan perlindungan dan nutrisi yang hanya bisa diberikan induknya.
Ahli biologi satwa liar dari Universitas Sydney menyatakan bahwa wombat adalah spesies yang membutuhkan perawatan khusus. Jika memang induknya sudah mati atau terluka, bayi wombat seharusnya diserahkan kepada otoritas satwa liar atau pusat rehabilitasi yang berpengalaman, bukan dibawa oleh individu yang tidak memiliki keahlian dalam menangani hewan liar.
Selain itu, hukum di Australia sangat ketat dalam melindungi satwa liar. Mengganggu atau mengambil hewan yang dilindungi tanpa izin bisa berujung pada denda besar atau bahkan hukuman penjara. Beberapa pengacara lingkungan menilai bahwa meskipun Jones sudah meninggalkan Australia, ia masih bisa dikenai sanksi hukum jika pemerintah memutuskan untuk mengusut kasus ini lebih lanjut.
Warganet juga terus mengomentari sikap Jones di media sosial. Beberapa mendukung kritiknya terhadap kebijakan pemerintah, tetapi sebagian besar tetap mengecam tindakannya terhadap wombat. Banyak yang menilai bahwa meskipun ada isu lain yang lebih besar, tindakan Jones tetap tidak bisa dibenarkan karena berpotensi merugikan satwa liar yang ia klaim ingin lindungi.
Di sisi lain, kontroversi ini juga mengangkat perdebatan tentang peran influencer dalam isu lingkungan. Beberapa kalangan menilai bahwa Jones menggunakan statusnya sebagai influencer untuk membentuk narasi sendiri tanpa memahami kompleksitas konservasi satwa liar di Australia. Para ahli menyebut bahwa pengelolaan populasi hewan seperti kanguru dan wombat memang sering kali memicu perdebatan, tetapi kebijakan yang diambil pemerintah didasarkan pada penelitian dan keseimbangan ekosistem.
Pihak berwenang Australia hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait apakah akan ada tindakan hukum lebih lanjut terhadap Jones. Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa investigasi sedang berlangsung, dan keputusan akan diambil berdasarkan bukti yang tersedia. Jika terbukti bersalah, Jones bisa menghadapi denda yang besar atau larangan masuk kembali ke Australia di masa mendatang. Spilltekno
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran Whatsapp Channel