Scroll untuk baca artikel
Sains

Suku Kanibal Kuno di Eropa Rayakan Kemenangan dengan Santap Otak Musuh

4
×

Suku Kanibal Kuno di Eropa Rayakan Kemenangan dengan Santap Otak Musuh

Share this article
Suku Kanibal Kuno di Eropa Rayakan Kemenangan dengan Santap Otak Musuh
Suku Kanibal Kuno di Eropa Rayakan Kemenangan dengan Santap Otak Musuh

Spilltekno – Praktik kanibalisme mungkin terdengar seperti adegan dalam film horor, tetapi penelitian terbaru mengungkap bahwa suku kuno di Eropa benar-benar melakukannya. Studi menunjukkan bahwa sekitar 18 ribu tahun lalu, suku Magdalenians merayakan kemenangan dalam pertempuran dengan mengonsumsi otak musuh mereka.

Jejak kanibalisme ini ditemukan dalam sisa-sisa manusia di Gua Maszycka, Polandia. Para peneliti menganalisis bekas luka dan sayatan pada tulang-tulang tersebut, mengonfirmasi bahwa praktik ini dilakukan bukan hanya karena kelaparan, tetapi juga sebagai bagian dari ritual pascaperang.

“Kanibalisme telah menjadi bagian dari sejarah manusia dalam berbagai periode evolusi,” ujar Palmira Saladie, peneliti dari Catalan Institute, dikutip dari Popular Mechanics.

Dari 63 fragmen tulang yang diteliti, lebih dari 68% menunjukkan tanda manipulasi untuk konsumsi manusia, termasuk pengambilan otot, otak, dan sumsum tulang. Bekas luka dan patahan pada tengkorak juga menunjukkan bahwa otak dikeruk segera setelah kematian, sebelum tubuh mengalami pembusukan.

Francesc Marginedas, kepala peneliti dari Catalan Institute, menjelaskan bahwa bukti ini menepis anggapan bahwa sisa-sisa manusia tersebut hanya diperlakukan dalam upacara pemakaman tanpa dikonsumsi. “Mayat-mayat ini telah dimanfaatkan sepenuhnya untuk nilai nutrisinya,” tulis tim peneliti dalam laporan yang dipublikasikan di Scientific Reports.

Lebih lanjut, penelitian ini mengindikasikan bahwa konflik antar suku semakin intens di tengah kelangkaan sumber daya selama Zaman Es. Hal ini memperkuat dugaan bahwa kanibalisme dilakukan sebagai respons terhadap kondisi bertahan hidup dan praktik perang. Fakta bahwa sisa-sisa manusia ditemukan bercampur dengan bangkai hewan semakin mendukung teori ini.

Selain itu, jejak kanibalisme juga ditemukan di lima lokasi lain di Eropa dari periode yang sama, mengindikasikan bahwa praktik ini bukan insiden tunggal, melainkan bagian dari budaya masyarakat prasejarah saat itu.

Baca Juga:  Asal Usul Nama Bulan dalam Kalender Masehi: Dari Dewa hingga Kaisar Romawi

Penelitian lain mengenai kanibalisme di masa prasejarah menunjukkan bahwa praktik ini tidak hanya dilakukan oleh suku Magdalenians. Beberapa temuan di Prancis dan Spanyol juga mengindikasikan pola serupa, di mana tulang manusia menunjukkan tanda-tanda pemotongan yang disengaja. Hal ini memperkuat teori bahwa kanibalisme bukan sekadar tindakan ekstrem dalam keadaan darurat, tetapi bagian dari tradisi atau kepercayaan tertentu.

Dalam beberapa kasus, peneliti menduga bahwa kanibalisme dapat dikaitkan dengan kepercayaan spiritual. Beberapa budaya kuno meyakini bahwa mengonsumsi bagian tubuh musuh dapat memberikan kekuatan atau keberanian kepada mereka yang masih hidup. Namun, dalam kasus Magdalenians, bukti menunjukkan bahwa praktik ini lebih condong ke alasan bertahan hidup atau sebagai bentuk penghinaan terhadap musuh yang kalah.

Temuan dari situs lain di Eropa juga menunjukkan bahwa kanibalisme tidak terbatas pada manusia dewasa. Beberapa fosil anak-anak juga ditemukan dengan tanda-tanda manipulasi serupa, yang menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana mereka menjadi bagian dari ritual ini. Apakah mereka korban perang, atau apakah kelompok ini memang tidak membedakan korban berdasarkan usia?

Selain faktor kelangkaan makanan di tengah Zaman Es, kanibalisme mungkin juga dipengaruhi oleh peran sosial dan stratifikasi kelompok. Dalam beberapa kasus, individu dengan status lebih tinggi dalam komunitas mungkin mendapatkan bagian tubuh yang dianggap lebih bernutrisi, seperti otak dan sumsum tulang. Sementara itu, bagian tubuh lain mungkin didistribusikan ke anggota kelompok lainnya, yang menunjukkan adanya sistem pembagian makanan berdasarkan hierarki sosial.

Meskipun praktik kanibalisme tampaknya telah hilang dari kebudayaan manusia modern, beberapa komunitas adat masih memiliki sisa-sisa kepercayaan terkait konsumsi bagian tubuh manusia. Misalnya, di beberapa daerah terpencil, ada kepercayaan bahwa abu orang yang telah meninggal harus dikonsumsi dalam upacara tertentu sebagai bentuk penghormatan.

Baca Juga:  Ancaman Letusan Gunung Berapi di Antartika yang Mengintai Dunia

Penemuan dari penelitian ini semakin menegaskan bahwa sejarah manusia tidak hanya dipenuhi dengan peradaban maju dan pencapaian besar, tetapi juga sisi gelap yang menunjukkan bagaimana manusia beradaptasi dengan kondisi ekstrem. Perkembangan penelitian lebih lanjut mungkin akan mengungkap lebih banyak bukti mengenai bagaimana dan mengapa praktik ini berkembang di berbagai wilayah pada zaman prasejarah.

Jika penelitian lanjutan berhasil mengidentifikasi lebih banyak bukti di lokasi lain, maka teori mengenai kanibalisme sebagai praktik umum di zaman prasejarah bisa semakin kuat. Update dari tim peneliti di masa depan mungkin juga akan mengungkap lebih banyak detail mengenai hubungan antara kanibalisme, kondisi lingkungan, dan dinamika sosial suku-suku kuno tersebut. Spilltekno

Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran Whatsapp Channel

Memuat judul video...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *