Scroll untuk baca artikel
Sains

Pengamatan Terus-Menerus Teleskop Luar Angkasa Hubble terhadap Planet-Planet Ekstrasurya: 10 Tahun Program OPAL

20
×

Pengamatan Terus-Menerus Teleskop Luar Angkasa Hubble terhadap Planet-Planet Ekstrasurya: 10 Tahun Program OPAL

Sebarkan artikel ini

Spilltekno – Selama lebih dari 30 tahun, Teleskop Luar Angkasa Hubble telah menyediakan gambar-gambar yang memukau dari alam semesta. Namun, baru satu dekade terakhir para ilmuwan mengalihkan pandangan Hubble ke planet-planet di luar tata surya kita, mengamatinya dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Selama 10 tahun terakhir, Program Warisan Atmosfer Planet Luar NASA (OPAL) telah mengumpulkan pandangan terperinci tentang perubahan jangka panjang di atmosfer empat raksasa gas terdekat dengan Bumi: Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Setiap planet memiliki serangkaian karakteristik atmosfer yang unik, dan data OPAL memungkinkan para astronom mengamati pola cuaca dan musim di planet-planet ini untuk lebih memahami dinamika dan perubahannya seiring waktu.

Hubble mampu mengamati panjang gelombang dari ultraviolet hingga cahaya inframerah dekat, dan secara teratur memberikan gambar resolusi tinggi dari raksasa gas ini sekali setahun saat orbitnya membawa mereka paling dekat dengan Bumi. Sekarang, dengan 10 tahun pengamatan di tangan mereka, tim OPAL Hubble NASA siap mempresentasikan gambaran 10 tahun temuan program ini pada pertemuan Desember American Geophysical Union di Washington, D.C.

Teleskop Luar Angkasa Hubble: Membuka Pandangan Baru Planet-Planet Ekstrasurya

Jupiter: Planet Raksasa dengan Bintik Merah Besar

Jupiter adalah planet terbesar di tata surya, dengan atmosfer yang bergolak hingga ke intinya, puluhan ribu mil di bawah puncak awan. Selain ukurannya yang besar, Jupiter juga terkenal dengan Bintik Merah Besarnya, sebuah pusaran merah raksasa yang berputar di permukaannya. Badai dahsyat ini merupakan yang terbesar di tata surya, berukuran hampir tiga kali Bumi.

Orbit Jupiter mengelilingi matahari memakan waktu 12 tahun, memungkinkan OPAL mengamati hampir satu tahun penuh musim Jupiter. Selama waktu itu, perubahan signifikan terlihat pada ukuran dan bentuk Bintik Merah Besar, serta fenomena atmosfer lainnya di pita-pita yang membungkus raksasa gas ini.

Saturnus: Raksasa Bercincin dengan Musim yang Lebih Ekstrem

Saturnus membutuhkan lebih dari dua kali waktu Jupiter untuk mengelilingi matahari, dengan periode orbit selama 29 tahun. Raksasa bercincin ini miring pada sudut yang lebih curam yaitu 26,7 derajat, yang menyebabkan pergeseran musiman yang jauh lebih besar dibandingkan dengan Jupiter. Selama pengamatan selama 10 tahun, OPAL telah melacak variasi warna dan kedalaman awan atmosfer Saturnus saat berputar melalui musim yang berubah di planet ini.

Hubble juga mengamati cincin gelap Saturnus yang samar. Pertama kali ditemukan oleh misi Voyager NASA pada 1980-an, cincin gelap ini hanya bertahan selama dua atau tiga rotasi mengelilingi Saturnus. Berkat Hubble, para astronom sekarang tahu bahwa cincin-cincin ini adalah fenomena musiman.

Uranus: Planet Miring yang Mengungkap Kutubnya

Uranus miring hampir sepenuhnya ke samping, menempatkan rotasinya hampir sejajar dengan bidang orbit planet ini mengelilingi matahari selama 84 tahun.

Selama 10 tahun terakhir, OPAL telah mengamati belahan utara Uranus, yang telah menghadap ke sistem tata surya bagian dalam selama seluruh waktu Hubble berada di luar angkasa, saat perlahan-lahan miring menuju matahari. Sepanjang orbitnya yang lambat mengelilingi matahari, tutup kutub utara Uranus telah meningkat kecerahannya karena belahan bumi ini mendekati titik solstis musim panas pada tahun 2028.

Neptunus: Badai Raksasa dan Pengaruh Matahari

Pada tahun 2018, sebuah badai seukuran Samudra Atlantik Bumi terdeteksi di atmosfer Neptunus, yang kemudian diamati Hubble hingga badai tersebut mereda menuju ekuator planet.

Badai lainnya, yang terlihat pada tahun 2021, juga diamati sejak pembentukannya dan menghilang di ekuator. Dengan menggunakan data OPAL dari Hubble, para ilmuwan dapat menentukan hubungan antara perilaku awan Neptunus dengan siklus matahari 11 tahun, yang juga bertanggung jawab atas aurora yang terlihat di lintang rendah Bumi baru-baru ini. Spilltekno

Cek Informasi Teknologi Lainnya di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *