Spilltekno – Rencana Tes Kemampuan Akademik (TKA) 2025 sepertinya kurang mendapat sambutan hangat. Malah, banyak yang menolak! Buktinya, petisi online menentang tes ini sudah ditandatangani ratusan ribu orang. Wah, ada apa sebenarnya? Usut punya usut, penolakan ini muncul karena berbagai hal: sistemnya belum siap, materi ujian bikin pusing, sampai tekanan mental yang dirasakan para siswa. Yuk, kita bahas lebih lanjut!
Kenapa Sih TKA 2025 Banyak Ditolak?
Tadinya, TKA diharapkan jadi standar baru buat mengukur kemampuan siswa SMA/SMK. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Ribuan siswa dan pihak terkait ramai-ramai protes, mempertanyakan kenapa tes ini harus diadakan dan apakah semuanya sudah siap. Keluhannya macam-macam: waktu persiapan mepet banget, materi ujian nggak nyambung sama kurikulum, dan sistem penilaian baru ini bikin siswa stres. Kurangnya informasi yang jelas juga bikin suasana makin keruh dan memicu protes yang makin besar.
Curhatan Siswa: Pengen TKA 2025 Dibatalkan!
Keresahan siswa ini akhirnya dituangkan dalam sebuah petisi online berjudul “Batalkan Pelaksanaan TKA 2025.” Petisi ini dibuat oleh seorang siswa bernama Agit di Change.org, dan berhasil mengumpulkan dukungan dari ratusan ribu orang. Gila! Ini bukti nyata betapa banyaknya siswa yang khawatir. “Kami merasa tertekan dengan sistem baru ini. Waktu persiapan sangat singkat dan materi ujian tidak jelas,” tulis Agit dalam petisinya. Pesan dari petisi ini jelas: suara siswa itu penting dan harus didengarkan!
5 Alasan Kenapa TKA 2025 Ditolak
Penolakan ini bukan tanpa alasan, lho. Ada beberapa fakta penting yang jadi dasar kenapa banyak yang protes. Mulai dari persiapan yang terburu-buru, materi yang nggak jelas, sampai tekanan psikologis yang dirasakan siswa. Ini dia 5 alasan utamanya:
1. Sistem Baru yang Muncul Tiba-Tiba, Persiapan Juga Mepet
Salah satu masalah utama adalah TKA ini munculnya terlalu mendadak. Pengumuman soal TKA keluar tanggal 8 Juni 2025, lalu diperkuat lagi dengan “Perkaban Nomor 45 Tahun 2025” tanggal 14 Juli 2025. Artinya, siswa dan guru cuma punya waktu sekitar 3,5 bulan buat persiapan, sebelum TKA digelar awal November. Waktu segitu dianggap nggak cukup buat menghadapi ujian skala nasional dengan materi yang seabrek. “Kami merasa seperti dikejar-kejar. Belum sempat paham konsepnya, sudah harus ujian,” curhat seorang siswa SMA di Jakarta.
2. Kisi-Kisi Ujian Telat Keluar, Materinya Juga Nggak Jelas
Selain waktu persiapan yang singkat, siswa juga bingung karena materi TKA dianggap terlalu luas dan nggak sesuai dengan Kurikulum Merdeka yang sedang mereka pelajari. Materi yang diujikan mencakup berbagai mata pelajaran dengan tingkat kesulitan yang beda-beda, bikin siswa nggak tahu harus fokus belajar ke mana. Parahnya lagi, kisi-kisi resmi TKA baru keluar belakangan. Ini bikin guru dan siswa kesulitan menyusun strategi belajar yang efektif. “Kisi-kisinya baru keluar setelah kami sudah mulai belajar. Jadi, kami harus mengubah arah belajar lagi,” kata seorang guru bimbingan belajar. Alhasil, banyak siswa yang merasa kehilangan arah dan bingung mau belajar apa.
3. Simulasi Telat, Tekanan Mental Meningkat
Simulasi TKA yang seharusnya jadi ajang latihan, malah bikin siswa makin stres. Perubahan tipe soal setelah simulasi pertama bikin siswa tambah bingung dan nggak tahu harus mempersiapkan diri seperti apa. Belum lagi tekanan buat dapat nilai TKA tinggi, terutama buat yang mau masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) lewat jalur prestasi. “Kami merasa sangat tertekan. Nilai TKA ini sangat berpengaruh, tapi kami tidak tahu bagaimana cara mempersiapkannya dengan baik,” ungkap seorang siswa yang berencana mendaftar ke PTN. Situasi ini jelas nggak bikin nyaman dan justru bikin siswa nggak semangat belajar.
Intinya, TKA yang terburu-buru ini menimbulkan banyak masalah dan penolakan dari siswa. Semoga pemerintah mau mendengarkan keluhan siswa dan mengevaluasi lagi sistem TKA ini. Tujuannya biar kebijakan pendidikan yang diambil bisa bermanfaat buat semua. Ke depannya, dialog antara pemerintah, siswa, guru, dan pihak terkait lainnya perlu terus dilakukan, biar kita bisa punya sistem pendidikan yang lebih baik dan inklusif. Evaluasi menyeluruh terhadap TKA ini diharapkan bisa menghasilkan solusi yang adil dan berpihak pada kepentingan siswa, sehingga tujuan pendidikan nasional bisa tercapai dengan baik.
Kabar baiknya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang mempertimbangkan lagi pelaksanaan TKA 2025. “Kami akan mendengarkan semua aspirasi dan mengevaluasi sistem TKA secara komprehensif,” kata seorang pejabat Kemendikbud. Pemerintah janji akan mengambil keputusan yang terbaik buat semua siswa dan memastikan sistem pendidikan yang diterapkan bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya!
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran WhatsApp Channel





