Sejak zaman dahulu kala, dunia pelayaran menyimpan sebuah tradisi unik yang mungkin belum banyak diketahui oleh orang awam. Kapal, kendaraan raksasa penakluk samudra, kerap disebut dengan kata ganti perempuan, “she” atau “her” dalam bahasa Inggris. Mengapa demikian? Apakah ini sekadar kebiasaan linguistik belaka, atau ada makna yang lebih dalam tersimpan di baliknya? Mari kita telusuri sejarah dan mengungkap fakta menarik di balik sebutan feminin untuk kapal ini.
Dalam percakapan sehari-hari di kalangan pelaut, penggunaan kata ganti “she” untuk kapal sudah menjadi hal yang lumrah. Misalnya, “She will depart at dawn” atau “Her sails billow in the wind.” Kalimat-kalimat ini bukan hanya sekadar kiasan, melainkan cerminan dari hubungan yang erat antara manusia dan kapal. Seperti seorang perempuan yang anggun dan tangguh, kapal menjadi teman setia yang mengantarkan para pelaut mengarungi lautan luas.
Misteri ‘She’ untuk Kapal: Mengungkap Sejarah dan Makna Tersembunyi
Menurut I Gusti Ngurah Handiyana, Wakil Presiden Technical Fleet Management Pertamina, tradisi ini bukan sekadar kebiasaan, melainkan memiliki akar sejarah yang panjang. Kapal dianggap sebagai sosok perempuan yang memerlukan perawatan dan perhatian khusus. Layaknya seorang perempuan yang selalu menjaga penampilannya, kapal juga membutuhkan perawatan rutin agar tetap prima dan menawan.
Alasan di Balik Sebutan ‘She’ untuk Kapal: Perawatan, Bentuk, dan Karakteristik
Salah satu alasan utama di balik sebutan “she” untuk kapal adalah kebutuhan akan perawatan yang intensif. Kapal, layaknya seorang perempuan, membutuhkan perawatan rutin agar tetap dalam kondisi terbaik. Perawatan ini mencakup pengecatan ulang, pembersihan, dan pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan kapal tetap aman dan laik laut. Proses docking, yang dilakukan setiap 2,5 hingga 5 tahun sekali, menjadi momen penting untuk “memoles” kapal agar tetap cantik dan anggun.
Selain perawatan, bentuk dan karakteristik kapal juga turut berperan dalam penamaan ini. Desain kapal yang ramping dan lekuk-lekuknya yang indah seringkali diasosiasikan dengan sosok perempuan. Keanggunan dan keindahan kapal inilah yang membuat para pelaut merasa terhubung secara emosional dengan kapal mereka, seolah-olah kapal tersebut adalah seorang perempuan yang patut dijaga dan dihormati.
Hubungan emosional antara pelaut dan kapal juga tercermin dari istilah “widow” atau “janda” yang digunakan ketika seorang pelaut selesai bertugas di kapal tertentu. Sebutan ini menunjukkan betapa dekatnya hubungan antara pelaut dan kapal, seperti pasangan yang telah lama mengarungi kehidupan bersama.
Kapal Gamsunoro: Contoh Nyata Kedekatan Pelaut dengan Kapal
Kapal Gamsunoro, tanker andalan Pertamina, menjadi contoh nyata bagaimana pelaut memperlakukan kapal mereka seperti seorang perempuan. Dengan kapasitas 105.000 DWT, Gamsunoro rutin berlayar internasional dan menjalani perawatan rutin setiap lima tahun sekali. Perawatan ini tidak hanya untuk menjaga kecantikan kapal, tetapi juga untuk memastikan kapal tetap memenuhi standar teknologi ramah lingkungan terbaru.
Bagi para pelaut, kapal bukan hanya sekadar kendaraan, tetapi juga “partner” yang setia menemani mereka mengarungi samudra luas. Hubungan yang terjalin antara pelaut dan kapal adalah hubungan yang penuh hormat, keanggunan, dan ikatan mendalam. Kapal, layaknya seorang perempuan, menjadi pelindung dan penjaga yang membawa mereka kembali ke daratan dengan selamat.
Simbolisme Maritim: Kapal sebagai ‘Partner’ Setia dalam Pelayaran
Dalam simbolisme maritim, kapal perempuan bukan hanya sekadar kendaraan, tetapi juga “partner” yang menjaga dan membawa pelaut kembali ke daratan dengan selamat. Hubungan yang terjalin erat antara pelaut dan kapal adalah sebuah kisah perjalanan yang tak pernah usai, dari satu pelayaran ke pelayaran lainnya. Sebutan “she” untuk kapal bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga sebuah bentuk penghormatan dan penghargaan atas peran penting kapal dalam kehidupan para pelaut.
Tradisi ini mencerminkan ikatan emosional yang mendalam antara manusia dan kapal. Kapal bukan hanya benda mati, tetapi juga teman setia yang menemani para pelaut mengarungi lautan luas, menghadapi badai dan gelombang, serta membawa mereka kembali ke pelabuhan dengan selamat. Kata ganti “she” mencerminkan rasa hormat, kekaguman, dan kasih sayang para pelaut terhadap kapal mereka, seperti halnya seorang pelaut mencintai rumahnya sendiri.
Dalam dunia pelayaran yang penuh tantangan, kapal bukan hanya alat transportasi, tetapi juga simbol harapan, keberanian, dan ketahanan. Kapal, layaknya seorang perempuan tangguh, mampu menghadapi segala rintangan dan membawa para pelaut menuju tujuan mereka. Sebutan “she” untuk kapal merupakan sebuah penghormatan atas kekuatan, keindahan, dan peran penting kapal dalam menghubungkan dunia.