Warna merah ini disebabkan oleh atmosfer Bumi yang menyaring cahaya Matahari. Saat cahaya Matahari melewati atmosfer Bumi, spektrum cahaya biru tersebar, sementara spektrum cahaya merah diteruskan ke permukaan Bulan, yang kemudian dipantulkan kembali ke pengamat di Bumi. Inilah yang membuat Bulan tampak merah, seolah-olah dilumuri oleh darah.
Kapan Blood Moon Terjadi?
Blood Moon hanya terjadi selama gerhana bulan total, yang relatif jarang terjadi dibandingkan dengan purnama biasa.
Dalam satu tahun, kita mungkin hanya bisa menyaksikan satu atau dua kali gerhana bulan total, tergantung pada lokasi geografis dan kondisi cuaca.
Fenomena Blood Moon di Berbagai Budaya
Blood Moon juga memiliki makna simbolis di banyak kebudayaan di seluruh dunia. Dalam beberapa tradisi, fenomena ini dianggap sebagai pertanda perubahan besar atau peristiwa penting yang akan terjadi.
Di sisi lain, secara ilmiah, Blood Moon memberikan kesempatan bagi para astronom untuk mempelajari lebih lanjut tentang dinamika orbit Bulan dan interaksinya dengan Bumi.
Supermoon, Blue Moon, dan Blood Moon adalah tiga fenomena purnama yang menarik perhatian banyak orang di seluruh dunia.
Masing-masing memiliki karakteristik unik yang membedakan satu sama lain. Supermoon memukau dengan ukurannya yang besar dan kecerahan yang lebih terang, Blue Moon menarik perhatian karena kelangkaannya, dan Blood Moon menggetarkan dengan warna merahnya yang dramatis selama gerhana bulan total.
Fenomena-fenomena ini tidak hanya indah untuk dilihat, tetapi juga menjadi pengingat tentang keajaiban alam semesta yang selalu memukau kita setiap saat.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang ketiga istilah ini, kita dapat lebih menikmati dan mengapresiasi setiap fenomena purnama yang terjadi di langit malam. Spilltekno
Cek Informasi Teknologi Lainnya di Google News