Spilltekno – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-29 tentang perubahan iklim atau COP29, yang diselenggarakan di Baku, Azerbaijan, pada 11-22 November 2024, menjadi sorotan dunia. Pertemuan penting ini membahas isu-isu krusial seputar perubahan iklim dan lingkungan hidup, dihadiri oleh para pemimpin dunia, negosiator, pelobi, dan LSM. Meskipun lebih dari 100 kepala negara dan pemerintahan mengkonfirmasi kehadiran mereka, beberapa pemimpin dunia justru absen. Ketidakhadiran mereka menimbulkan pertanyaan dan spekulasi, mengingat urgensi permasalahan iklim global. Siapa saja mereka dan apa alasan di balik ketidakhadiran mereka? Mari kita telaah lebih lanjut.
Beberapa pemimpin Eropa memutuskan untuk tidak menghadiri COP29. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, absen karena fokus pada tugas kelembagaannya, mempersiapkan masa jabatan keduanya. Uni Eropa diwakili oleh Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, beserta beberapa pejabat lainnya. Presiden Prancis, Emmanuel Macron, juga absen. Ketegangan antara Prancis dan Azerbaijan terkait konflik di Karabakh menjadi alasan utama. Kanselir Jerman, Olaf Scholz, yang semula berencana hadir, membatalkan keputusannya setelah koalisi yang berkuasa di Jerman bubar. Ketidakhadiran para pemimpin Eropa ini menunjukkan kompleksitas politik dan dinamika internal yang terkadang mengalahkan isu global seperti perubahan iklim.
Ketidakhadiran Para Pemimpin Dunia di Konferensi Perubahan Iklim COP29 Baku
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, juga absen, menandai tahun kedua ketidakhadirannya dalam perundingan iklim global. Pemilihan umum di AS yang berlangsung beberapa hari sebelum COP29 menjadi alasan utama. Delegasi AS dipimpin oleh John Podesta, penasihat senior presiden untuk kebijakan iklim internasional. Sementara itu, Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, membatalkan perjalanannya karena cedera kepala. Brasil dijadwalkan menjadi tuan rumah COP30 di Belem tahun depan. Raja Charles III dari Inggris juga absen karena alasan kesehatan, meskipun ia dikenal sebagai advokat perubahan iklim. Absennya para pemimpin ini menimbulkan pertanyaan tentang komitmen negara-negara besar dalam menangani isu perubahan iklim.
Alasan Absennya Para Pemimpin Dunia di COP29
Ketidakhadiran para pemimpin dunia di COP29 memiliki beragam alasan, mulai dari alasan kesehatan, tugas kenegaraan, hingga protes politik. Presiden Rusia, Vladimir Putin, absen dan diwakili oleh Perdana Menteri Mikhail Mishustin. Menariknya, duta besar Ukraina untuk Uni Eropa, Vsevolod Chentsov, sebelumnya menyerukan pemboikotan jika Putin hadir. Selain itu, beberapa pemimpin negara lain seperti Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, Perdana Menteri India, Narendra Modi, Presiden China, Xi Jinping, Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, dan Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, juga absen tanpa alasan yang dipublikasikan. Alasan-alasan ini mencerminkan beragam prioritas dan tantangan yang dihadapi oleh masing-masing negara.
Protes Papua Nugini dan Kepentingan Negara Kepulauan Kecil
Salah satu isu yang menarik perhatian adalah protes Papua Nugini. Perdana Menteri James Marape mengumumkan bahwa Papua Nugini tidak akan menghadiri COP29 sebagai bentuk protes terhadap kurangnya dukungan dari negara-negara besar bagi korban perubahan iklim. Marape menekankan pentingnya tindakan nyata untuk membantu negara-negara kepulauan kecil yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti naiknya permukaan air laut dan bencana alam. Papua Nugini, yang dikelilingi lautan dan memiliki hutan hujan terbesar ketiga di dunia, sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Protes ini menjadi sorotan penting dalam COP29, menyuarakan keprihatinan negara-negara kecil yang seringkali berada di garis depan dampak perubahan iklim.
COP29: Tantangan dan Harapan di Tengah Ketidakhadiran
COP29 di Baku menjadi panggung penting bagi dunia untuk membahas dan mencari solusi atas perubahan iklim. Meskipun ketidakhadiran beberapa pemimpin dunia menimbulkan kekecewaan, konferensi ini tetap berjalan dengan partisipasi dari berbagai pihak. Tantangan perubahan iklim membutuhkan kerjasama global dan komitmen yang kuat dari semua negara. COP29 menjadi momentum untuk memperkuat kerjasama, meningkatkan ambisi, dan mencapai kesepakatan yang konkret dalam upaya mengatasi krisis iklim global. Harapannya, konferensi ini dapat menghasilkan langkah-langkah nyata yang berdampak positif bagi lingkungan dan generasi mendatang, terlepas dari siapa yang hadir atau absen. Spilltekno
Cek Informasi Teknologi Lainnya di Google News