Spilltekno – Perubahan iklim kini menjadi ancaman serius bagi banyak makhluk hidup, termasuk beruang kutub. Beruang kutub, yang hidup di lingkungan es kutub, mulai mengalami dampak buruk dari peningkatan suhu global.
Tidak hanya kehilangan habitatnya, kini mereka juga menghadapi ancaman baru berupa infeksi patogen yang sebelumnya tidak bisa hidup di lingkungan kutub. Mari kita telusuri lebih dalam bagaimana perubahan iklim mempengaruhi kesehatan dan kelangsungan hidup beruang kutub.
Pemanasan Global dan Kenaikan Suhu di Kutub
Suhu global yang terus meningkat mengakibatkan es di kutub semakin mencair. Wilayah kutub yang tadinya aman dari mikroorganisme patogen kini mulai diinvasi oleh berbagai bakteri, virus, dan parasit yang berbahaya.
Patogen ini adalah mikroorganisme penyebab penyakit yang mampu menginfeksi makhluk hidup, termasuk beruang kutub. Peningkatan suhu di lingkungan kutub membuat patogen ini mampu bertahan hidup dan berkembang biak, sehingga risiko infeksi pada beruang kutub pun semakin tinggi.
Mengapa Patogen Berbahaya bagi Beruang Kutub?
Beruang kutub tidak memiliki kekebalan tubuh yang cukup untuk melawan patogen baru ini. Akibatnya, mereka menjadi sangat rentan terhadap infeksi yang dapat membahayakan kesehatan, bahkan mengancam kelangsungan hidup mereka.
Para ilmuwan yang melakukan studi di Alaska menemukan bahwa semakin banyak beruang kutub terpapar patogen yang sebelumnya tidak ada di wilayah kutub.
Menurut Karyn Rode, ahli biologi satwa liar dari Pusat Sains Alaska, pemanasan global telah membuat patogen yang sebelumnya tidak bisa hidup di wilayah kutub kini mampu bertahan dan menginfeksi beruang kutub.
Dari Mana Asalnya Patogen yang Menginfeksi Beruang Kutub?
Penelitian menunjukkan bahwa patogen pada beruang kutub kemungkinan besar berasal dari makanan mereka, terutama anjing laut yang terinfeksi. Makanan utama beruang kutub ini mungkin terpapar patogen yang menyebar melalui perubahan ekosistem.
Selain itu, dengan lebih banyaknya waktu yang dihabiskan di daratan akibat mencairnya es, beruang kutub mulai bersentuhan dengan sampah manusia yang mungkin mengandung patogen berbahaya.
Penemuan Patogen Baru pada Beruang Kutub
Para ilmuwan melakukan penelitian dari sampel darah dan tinja yang diambil dari 232 beruang kutub Chukchi antara tahun 2008 hingga 2017.
Mereka menemukan adanya peningkatan signifikan dalam proporsi beruang kutub yang terinfeksi oleh parasit Neospora caninum serta bakteri penyebab penyakit seperti brucellosis dan tularemia. Bahkan, jumlah kasus ini meningkat setidaknya dua kali lipat sejak tahun 1990-an.
Selain itu, ditemukan peningkatan tujuh kali lipat pada infeksi virus distemper anjing dan parasit Toxoplasma gondii, yang dapat menyebabkan penyakit serius pada beruang kutub.
Dampak Terhadap Populasi Beruang Kutub
Menurut data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), populasi beruang kutub di alam liar saat ini berkisar antara 22.000 hingga 26.000 ekor, dengan sebagian besar tinggal di wilayah Kanada. Sayangnya, dengan mencairnya habitat es mereka, populasi ini terus berkurang.
Kondisi ini memaksa beruang kutub untuk menghabiskan lebih banyak waktu di daratan selama musim panas, yang justru meningkatkan risiko terpapar patogen baru.
Ancaman dari Sampah Manusia
Saat berada di daratan, beruang kutub lebih mungkin terpapar patogen yang bersumber dari sampah manusia. Sampah ini bisa mengandung berbagai mikroorganisme berbahaya yang pada akhirnya menginfeksi beruang kutub.
Hal ini membuktikan bahwa selain perubahan iklim, aktivitas manusia juga turut berkontribusi terhadap risiko kesehatan beruang kutub.
Studi Kasus: Peningkatan Infeksi Patogen di Beruang Kutub Chukchi
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap populasi beruang kutub di wilayah Chukchi, ditemukan bahwa patogen seperti Neospora caninum, brucellosis, tularemia, dan virus distemper anjing semakin banyak menginfeksi beruang kutub. Berikut adalah ringkasan peningkatan infeksi yang terjadi:
- Neospora caninum: Peningkatan infeksi ini berkaitan dengan paparan dari anjing laut yang terinfeksi, yang merupakan makanan utama beruang kutub.
- Brucellosis dan Tularemia: Kedua bakteri ini juga menunjukkan peningkatan yang signifikan, yang diyakini bersumber dari interaksi dengan sampah manusia dan hewan terinfeksi.
- Virus Distemper Anjing: Infeksi virus ini meningkat hingga tujuh kali lipat, yang menunjukkan bahwa beruang kutub sangat rentan terhadap patogen baru yang muncul akibat perubahan lingkungan.
Solusi dan Upaya Perlindungan Populasi Beruang Kutub
Untuk melindungi beruang kutub dari ancaman infeksi patogen yang semakin meningkat, langkah-langkah perlindungan habitat harus segera diambil. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
- Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca: Mengurangi emisi gas rumah kaca akan membantu menurunkan suhu global dan mencegah pencairan es di kutub.
- Pengelolaan Sampah di Wilayah Kutub: Mengurangi sampah manusia di wilayah kutub akan mengurangi risiko paparan patogen bagi beruang kutub.
- Pelacakan dan Penelitian Lebih Lanjut: Studi yang lebih mendalam mengenai sumber patogen pada beruang kutub akan membantu dalam merumuskan strategi perlindungan yang lebih efektif.
Perubahan iklim membawa dampak yang tidak hanya merusak habitat beruang kutub tetapi juga menambah risiko kesehatan mereka melalui infeksi patogen baru.
Patogen yang sebelumnya tidak dapat bertahan hidup di lingkungan kutub kini mulai berkembang biak seiring dengan kenaikan suhu. Kehidupan beruang kutub menjadi semakin rentan, dengan ancaman dari dalam (kesehatan) maupun dari luar (hilangnya habitat).
Upaya konservasi yang melibatkan penanganan perubahan iklim serta pengelolaan lingkungan perlu segera diterapkan untuk melindungi populasi beruang kutub dari kepunahan. Spilltekno
Cek Informasi Teknologi Lainnya di Google News