Spilltekno – Kerja makin mudah berkat bantuan kecerdasan buatan (AI)? Mungkin iya, tapi ada tapinya. Mayoritas pekerja kantoran di Indonesia memang sudah mengandalkan AI untuk meringankan tugas sehari-hari. Sayangnya, kemudahan ini tampaknya berdampak buruk pada hubungan antar rekan kerja. Kok bisa?
AI Makin Populer di Kalangan Pekerja Indonesia
Adopsi AI di kalangan pekerja kantoran di Indonesia ternyata cukup tinggi. Bayangkan saja, 94% pekerja sudah menggunakan AI dalam pekerjaan mereka! Bahkan, setengahnya memakai AI setiap hari. Angka ini bikin Indonesia jadi salah satu negara yang paling getol memanfaatkan AI di lingkungan kerja, jauh di atas rata-rata global.
“Ini menunjukkan kalau pekerja di Indonesia sangat terbuka dengan teknologi baru dan melihat potensi besar dalam meningkatkan efisiensi,” ujar seorang analis teknologi yang enggan disebutkan namanya. Ia menambahkan, “Tapi ingat, teknologi itu cuma alat. Dampaknya tergantung bagaimana kita mengelolanya.”
Hubungan Kerja Memburuk?
Meski semangat terhadap AI membara, laporan yang sama justru menyoroti penurunan yang cukup tajam dalam kesehatan hubungan kerja. Indeks Kesehatan Hubungan Kerja (Work Relationship Index/WRI) mencatat, hanya 28% pekerja kantoran di Indonesia yang merasa punya hubungan kerja yang sehat. Angka ini turun 16 poin dari tahun sebelumnya, penurunan terbesar secara global! Ini jadi sinyal bahaya bahwa ada masalah mendasar dalam cara perusahaan mendukung kesejahteraan dan kepuasan karyawan di era digital ini.
Seorang konsultan manajemen sumber daya manusia (SDM) pun angkat bicara, “Penurunan kesehatan hubungan kerja ini harus jadi alarm bagi para pemimpin perusahaan. Jangan sampai fokus ke efisiensi dan produktivitas mengorbankan kesejahteraan karyawan. Hubungan kerja yang sehat itu fondasi organisasi yang sukses dan berkelanjutan.”
Kenapa Hubungan Kerja Jadi Renggang?
Ada beberapa faktor yang diduga jadi penyebab penurunan kesehatan hubungan kerja ini. Di antaranya adalah tekanan kerja yang makin tinggi dan perubahan kebijakan perusahaan.
Tekanan Kerja Menggila
Tekanan kerja yang semakin meningkat jadi salah satu biang keladinya. Survei menunjukkan, lebih dari 80% karyawan kantoran mengalami perubahan signifikan di tempat kerja selama setahun terakhir. Hal ini seringkali memicu stres dan kecemasan, yang ujung-ujungnya berdampak buruk pada hubungan kerja. Karyawan merasa kewalahan dengan tuntutan pekerjaan yang makin tinggi, sementara dukungan yang mereka terima tidak sebanding.
Kebijakan Baru, Beban Baru?
Selain tekanan kerja, perubahan kebijakan dan tuntutan perusahaan juga punya andil besar. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa 32% pekerja terdampak kebijakan wajib masuk kantor (Return to Office/RTO). Kebijakan ini, yang katanya untuk meningkatkan kolaborasi, justru bisa bikin karyawan tidak puas kalau tidak diimplementasikan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan preferensi mereka. Lebih lanjut, 37% pekerja di Indonesia merasa perusahaan mereka sekarang lebih fokus pada profit daripada kesejahteraan karyawan, dan 68% bilang tuntutan pekerjaan semakin menjadi-jadi.
“Perusahaan perlu menyeimbangkan antara tuntutan bisnis dan kesejahteraan karyawan,” jelas konsultan manajemen SDM tadi. “Kalau karyawan merasa tidak dihargai dan tidak didukung, dampaknya akan sangat besar pada produktivitas dan loyalitas mereka.”
Optimisme di Tengah Tantangan
Di tengah semua tantangan ini, mayoritas pekerja tetap optimis terhadap peran AI dalam meningkatkan kualitas hidup dan pengalaman kerja. Survei menunjukkan bahwa 89% pekerja percaya AI bisa membantu mereka mencapai keseimbangan yang lebih baik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Ini artinya, pekerja tidak menolak AI, melainkan berharap teknologi ini bisa dimanfaatkan dengan bijak untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
“AI punya potensi besar untuk mengotomatiskan tugas-tugas rutin dan membosankan, sehingga karyawan bisa fokus pada pekerjaan yang lebih kreatif dan strategis,” kata seorang ahli AI. “Tapi, penting untuk memastikan bahwa AI digunakan secara bertanggung jawab dan etis, dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap kesejahteraan manusia.”
HP Dorong Ekosistem AI untuk Karyawan yang Lebih Bahagia
Menanggapi tantangan ini, beberapa perusahaan mulai berbenah diri untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan di era digital. Salah satunya adalah dengan mengembangkan ekosistem AI terintegrasi yang dirancang untuk mendukung produktivitas, keseimbangan kerja, dan pengalaman kerja yang lebih baik. Perusahaan teknologi HP, misalnya, mendorong inisiatif OneHP, sebuah ekosistem AI yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan secara holistik. Inisiatif ini mencakup berbagai program dan alat yang dirancang untuk membantu karyawan mengelola stres, meningkatkan keterampilan, dan membangun hubungan kerja yang lebih sehat.
“Kami percaya AI bisa jadi katalis dalam membangun pengalaman kerja yang lebih baik dan manusiawi,” ujar seorang perwakilan dari HP Indonesia. “Dengan memberikan karyawan alat dan dukungan yang tepat, kami bisa membantu mereka mencapai potensi penuh mereka dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan produktif.”
Intinya, perubahan besar di dunia kerja ini, yang ditandai dengan adopsi AI yang pesat dan penurunan kesehatan hubungan kerja, menuntut respons yang bijaksana dan proaktif dari para pemimpin perusahaan. Keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan kesejahteraan karyawan adalah kunci untuk menciptakan organisasi yang berkelanjutan dan sukses di masa depan. Perusahaan yang mampu mengintegrasikan AI secara cerdas dan memperhatikan kebutuhan karyawan akan punya keunggulan kompetitif yang signifikan.
Masa depan dunia kerja akan sangat bergantung pada kemampuan perusahaan untuk mengelola dampak AI secara efektif. Investasi dalam pelatihan, pengembangan, dan program kesejahteraan karyawan akan menjadi krusial untuk memastikan bahwa teknologi digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup dan pengalaman kerja, bukan sebaliknya. Tanpa perhatian serius terhadap kesehatan hubungan kerja, manfaat adopsi AI bisa tergerus oleh konsekuensi negatif yang tak terduga.
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran WhatsApp Channel





