Spilltekno –
Meta lagi-lagi bikin gebrakan! Raksasa teknologi ini baru saja mengumumkan proyek ambisius untuk membangun kabel bawah laut bernama Candle. Kabel super cepat ini akan menghubungkan Indonesia dengan beberapa negara di Asia, menjanjikan kecepatan internet hingga 570 Tbps! Bayangkan, transfer data secepat kilat bakal jadi kenyataan. Ini tentu jadi kabar baik buat perkembangan digital di Indonesia, membuka pintu bagi bisnis dan masyarakat luas.
Proyek Kabel Bawah Laut Candle: Jurus Baru Meta
Kabel bawah laut Candle ini jadi salah satu investasi terbesar Meta di sektor infrastruktur digital Asia Pasifik (APAC). Lebih dari sekadar meningkatkan kecepatan internet, proyek ini juga bertujuan memperkuat jaringan global. Tujuannya? Supaya layanan digital jadi lebih cepat dan efisien bagi jutaan pengguna di kawasan ini.
Seluk-beluk Proyek Candle
Proyek Candle dirancang untuk menghubungkan Indonesia dengan enam negara Asia lainnya: Jepang, Taiwan, Filipina, Malaysia, dan Singapura. Dengan panjang mencapai 8.000 kilometer, kabel ini akan menjadi “jalan tol” baru bagi lalu lintas data di Asia. Pembangunannya pun melibatkan kerja sama dengan sejumlah perusahaan telekomunikasi ternama di Asia. Ini menunjukkan komitmen Meta untuk membangun ekosistem digital yang kuat dan berkelanjutan.
“Ini adalah langkah strategis untuk masa depan konektivitas di Asia Pasifik,” kata perwakilan Meta dalam pernyataan resminya. “Kami yakin investasi ini akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi digital di wilayah ini.”
Kapasitas dan Jangkauan: Bikin Melongo!
Salah satu yang bikin proyek Candle ini istimewa adalah kapasitasnya yang super besar: 570 Tbps (Terabit per )! Kecepatan ini jauh di atas standar koneksi internet yang ada sekarang. Kita bisa menikmati pengalaman digital yang lebih mulus dan responsif. Dengan kapasitas sebesar ini, Candle mampu mendukung berbagai aplikasi yang butuh bandwidth tinggi, seperti streaming video berkualitas tinggi, cloud computing, dan transfer data skala besar.
Kabel ini akan menggunakan teknologi kabel 24 pasang serat yang baru dikembangkan. Teknologi ini memberikan lebar pita yang setara dengan kabel berkapasitas terbesar Meta saat ini, Anjana. Hasilnya? Transfer data yang lebih efisien dan stabil, meminimalkan gangguan, dan memastikan koneksi yang andal.
Bukan Cuma Candle: Jaringan Kabel Bawah Laut Meta Lainnya
Candle hanyalah satu dari sekian banyak proyek kabel bawah laut yang digagas oleh Meta. Perusahaan ini juga berinvestasi dalam proyek-proyek serupa di berbagai belahan dunia, dengan tujuan memperluas jangkauan internet dan meningkatkan kualitas koneksi global. Investasi ini menegaskan visi Meta untuk menghubungkan lebih banyak orang dan menciptakan dunia yang lebih terhubung.
Bifrost: Jembatan Asia dan Amerika
Ada juga proyek ambisius bernama Bifrost. Kabel bawah laut ini menghubungkan Singapura, Indonesia, Filipina, dan Amerika Serikat dengan Meksiko. Targetnya, selesai pada tahun 2026. Bifrost akan memetakan jalur yang berbeda dari kabel transpasifik sebelumnya untuk menambahkan lebih dari 260 Tbps redundansi ke rute ini. Tujuannya jelas: meningkatkan keandalan jaringan dan meminimalkan risiko gangguan akibat bencana alam atau faktor lainnya.
“Bifrost adalah bagian penting dari strategi kami untuk membangun jaringan global yang tangguh dan andal,” kata seorang insinyur jaringan Meta. “Dengan menghubungkan Asia dan Amerika melalui jalur yang beragam, kami dapat memastikan bahwa pengguna di seluruh dunia tetap terhubung.”
Echo: Kapasitas Tinggi antara Guam dan California
Meta juga telah membangun kabel Echo yang menyalurkan kapasitas 260 Tbps antara Guam dan California. Rencananya, kabel ini akan terhubung ke wilayah Asia di masa depan. Ini semakin memperkuat konektivitas antara benua Amerika dan Asia. Echo adalah bukti bagaimana Meta berinvestasi dalam infrastruktur yang tidak hanya meningkatkan kecepatan internet, tetapi juga meningkatkan keandalan dan redundansi jaringan global.
Apricot: Melengkapi Jaringan di Asia Pasifik
Jaringan kabel bawah laut Meta semakin lengkap dengan hadirnya Apricot, yang sudah tersedia di Jepang, Taiwan, dan Guam. Nantinya, kabel ini akan diperluas ke Filipina, Indonesia, dan Singapura. Sistem sepanjang 12.000 kilometer ini akan melengkapi sistem Bifrost dan Echo dengan kapasitas 290 Tbps. Apricot dirancang untuk memenuhi permintaan data yang terus meningkat di kawasan Asia Pasifik. Tujuannya? Memastikan bahwa pengguna memiliki akses ke koneksi internet yang cepat dan stabil.
Komitmen Meta untuk Konektivitas Global: Bukan Main-Main!
Investasi Meta dalam jaringan kabel bawah laut menunjukkan komitmen yang kuat untuk meningkatkan konektivitas global dan mempercepat adopsi teknologi digital di seluruh dunia. Mereka percaya bahwa internet yang cepat dan andal adalah kunci untuk membuka peluang ekonomi baru, meningkatkan akses ke pendidikan dan informasi, serta menghubungkan orang-orang dari berbagai budaya dan latar belakang.
“Pengembangan infrastruktur digital di Asia Pasifik merupakan bagian dari komitmen kami untuk menyatukan masyarakat di mana pun mereka berada di dunia,” jelas Meta dalam siaran pers. “Bersama mitra kami, investasi ini akan meningkatkan skala dan keandalan jaringan telekomunikasi global serta memastikan penyediaan layanan Meta yang cepat dan efisien bagi bisnis dan masyarakat di seluruh APAC dan sekitarnya.”
Dengan proyek-proyek seperti Candle, Bifrost, Echo, dan Apricot, Meta secara aktif berkontribusi pada pembangunan ekosistem digital yang lebih kuat dan inklusif. Inisiatif ini tidak hanya bermanfaat bagi pengguna internet di Asia Pasifik, tetapi juga memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi di seluruh dunia. Implementasi proyek Candle dijadwalkan selesai pada tahun 2028. Diharapkan, proyek ini akan membawa perubahan signifikan bagi lanskap digital Indonesia dan kawasan sekitarnya. Masyarakat dan pelaku bisnis diharapkan dapat memanfaatkan infrastruktur baru ini untuk meningkatkan produktivitas, mengembangkan layanan digital baru, dan memperluas jangkauan pasar.
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran WhatsApp Channel