Spilltekno – Perkembangan teknologi mobil listrik yang digadang-gadang sebagai solusi ramah lingkungan ternyata menyimpan ironi tersendiri. Kobalt, sebagai komponen utama baterai mobil listrik, ditambang dengan cara yang merugikan kesehatan reproduksi perempuan di Republik Demokratik Kongo, Afrika. Riset yang dilakukan oleh Rights & Accountability in Development (Raid) dan Afrewatch menunjukkan adanya peningkatan masalah reproduksi pada perempuan yang tinggal di sekitar tambang kobalt. Apa saja dampaknya? Bagaimana kondisi di lapangan? Mari kita simak ulasan mendalam berikut ini.
Studi tersebut melibatkan wawancara dengan 144 penduduk dari 25 komunitas di sekitar lima tambang kobalt industri. Lebih dari separuh responden, yaitu 56%, mengungkapkan kekhawatiran tentang kesehatan reproduksi mereka atau anggota keluarga. Gangguan menstruasi, infeksi urogenital, mikosis vagina (jamur), keguguran, hingga bayi lahir dalam kondisi tidak sempurna, menjadi momok yang menghantui para perempuan di area tersebut. Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satu faktor utama adalah paparan air yang terkontaminasi limbah tambang. Perempuan lebih sering bersentuhan dengan air tersebut untuk keperluan mandi, mencuci, dan membersihkan rumah.
Dampak Penambangan Kobalt terhadap Kesehatan Reproduksi Perempuan di Kongo
Seorang dokter anak yang telah mengumpulkan data pasien sejak 2016 melaporkan peningkatan signifikan kasus infeksi genital dan patologi kulit pada perempuan. Diduga kuat, hal ini berkaitan erat dengan penggunaan “air kotor” yang terkontaminasi limbah tambang. Anneke Van Woudenberg, direktur eksekutif Raid, yang telah bekerja di Kongo selama 25 tahun, mengungkapkan keprihatinan mendalam atas kondisi ini. Meskipun laki-laki di sana cenderung enggan membahas masalah kesehatan perempuan, mereka pun mengakui adanya masalah kesehatan yang serius pada perempuan di komunitas mereka.
Air Terkontaminasi: Sumber Masalah Kesehatan
Air yang terkontaminasi menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di sekitar tambang kobalt. Raid dan Afrewatch, bersama unit toksikologi dan lingkungan University of Lubumbashi, melakukan pemeriksaan sampel air dari beberapa sumber air yang dikeluhkan warga, yaitu Sungai Dipeta, Sungai Katapula, Kalenge dan Dilala-UCK, serta Danau Kando. Hasil awal penelitian pada Maret 2024 menunjukkan pH air yang rendah di semua sumber air tersebut. Rendahnya pH air mengindikasikan adanya polusi industri yang bersifat asam dan berbahaya bagi kesehatan manusia dan hewan. Bahkan, ikan pun tak dapat hidup di air yang telah terkontaminasi tersebut. Bagaimana mungkin masyarakat dapat hidup sehat jika sumber air mereka telah tercemar?
Van Woudenberg menjelaskan bahwa tingkat keasaman air yang tinggi dapat meningkatkan risiko masalah kandungan. Perempuan yang sehari-hari berinteraksi dengan air tercemar tersebut berisiko mengalami gangguan kesehatan reproduksi. Meskipun perusahaan tambang telah menyediakan pompa air bersih, jumlahnya masih jauh dari memadai. Raid melaporkan bahwa perusahaan tambang tidak memenuhi ketentuan minimum penyediaan air bersih sesuai peraturan di Kongo maupun pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kondisi ini semakin memperburuk situasi dan mengancam kesehatan masyarakat, khususnya perempuan dan anak-anak.
Selain masalah kesehatan, kontaminasi air juga berdampak pada perekonomian masyarakat. Anaïs Tobalagba, peneliti hukum dan kebijakan di Raid, menyampaikan bahwa 75% responden mengalami kesulitan ekonomi dan tidak mampu membayar layanan kesehatan. Aktivitas perikanan dan pertanian, yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat, terganggu akibat pencemaran air. Ikan-ikan mati, dan tanaman di tepi sungai gagal panen. Kemiskinan semakin memperparah kondisi masyarakat yang sudah terbebani masalah kesehatan akibat penambangan kobalt.
Mencari Solusi Berkelanjutan
Temuan-temuan ini menuntut perhatian serius dari semua pihak terkait. Perusahaan tambang memiliki tanggung jawab untuk meminimalkan dampak negatif operasional mereka terhadap lingkungan dan masyarakat. Peningkatan penyediaan air bersih, pengolahan limbah yang baik, dan pemantauan kesehatan masyarakat secara berkala harus menjadi prioritas. Pemerintah juga perlu memperkuat pengawasan dan penegakan hukum terkait perlindungan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Solusi berkelanjutan harus dicari untuk menyeimbangkan kebutuhan industri dengan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Urgensi Perlindungan Kesehatan Perempuan di Tambang Kobalt
Kasus di Kongo ini mengingatkan kita akan pentingnya pengembangan teknologi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Transisi menuju energi bersih tidak boleh dibayar dengan pengorbanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Perlindungan kesehatan reproduksi perempuan di sekitar tambang kobalt harus menjadi prioritas. Kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan organisasi masyarakat sipil sangat diperlukan untuk menciptakan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan. Kita semua bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perkembangan teknologi memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia, tanpa terkecuali. Spilltekno
Cek Informasi Teknologi Lainnya di Google News