Keunggulan: Gratis, mudah digunakan, bisa diintegrasikan dengan Microsoft Word dan Google Docs untuk otomatisasi kutipan.
Kekurangan: Fitur pencarian jurnal dengan AI kurang canggih dibanding beberapa aplikasi lain.
Studi Kasus Singkat: Sinta, mahasiswa S3, bercerita bagaimana Zotero memudahkan penyusunan referensi untuk disertasinya. “Dulu saya kesulitan mengelola ratusan referensi, tapi setelah pakai Zotero, semua teratur dan bisa langsung di-cite dengan satu klik,” katanya.
2. Mendeley: Rekomendasi Jurnal Berdasarkan Preferensi
Kalau kamu sudah sering menggunakan Mendeley, kamu pasti tahu betapa cerdasnya AI ini dalam merekomendasikan jurnal.
Berdasarkan bacaan sebelumnya, Mendeley akan memberikan saran jurnal yang mungkin kamu butuhkan.
Aplikasinya juga terintegrasi dengan referensi manajemen, jadi kamu bisa langsung mengelola referensi dari jurnal-jurnal tersebut.
Keunggulan: Fitur rekomendasi jurnal berbasis AI yang tepat sasaran, integrasi referensi otomatis.
Kekurangan: Beberapa fitur premium hanya tersedia dalam versi berbayar.
Ulasan Pengguna: Budi, mahasiswa Magister, mengaku bahwa Mendeley membuatnya merasa seperti punya “asisten riset.” “Mendeley bisa menebak jurnal yang saya butuhkan hanya dari sejarah bacaan saya. Hebat banget,” ujar Budi.
3. Google Scholar: Mesin Pencari yang Selalu Diandalkan
Siapa sih yang nggak kenal Google Scholar? AI di balik Google Scholar sudah terkenal ampuh untuk mencari jurnal dari berbagai bidang.
Mulai dari penelitian terbaru hingga literatur yang lebih lama, kamu bisa menemukannya di sini.
Kekuatannya adalah kemampuannya dalam mengindeks hampir semua jurnal yang tersedia secara online.