Spilltekno – Di tengah hiruk pikuk perkembangan AI, muncul satu pertanyaan menarik: bisakah teknologi secanggih ini justru bikin kita makin “manusiawi”? Forum “AI in Action” baru-baru ini mencoba menjawabnya. Intinya, menurut mereka, kunci sukses adopsi AI bukan cuma soal teknologi, tapi justru soal bagaimana kita memahami dan memberdayakan kekuatan manusia.
AI: Bukan Sekadar Otomatisasi, Tapi Peningkatan Kinerja
Forum “AI in Action” menampilkan beberapa studi kasus menarik dari berbagai industri. Hasilnya? AI bisa jadi semacam “booster” untuk meningkatkan performa, kreativitas, dan efisiensi. Meskipun laporan IDC 2025 menunjukkan lebih dari 70% perusahaan di Asia Tenggara sudah mulai mengadopsi AI, faktanya cuma segelintir yang benar-benar merasakan dampaknya. Para pembicara di forum sepakat, masalahnya bukan pada kecanggihan teknologinya, tapi pada bagaimana kita bisa memahami, menggunakan, dan yang terpenting, mempercayai AI.
Pemasaran: Ketika Intuisi Bertemu Data di CPPetindo
CPPetindo, perusahaan petrokimia, berbagi kisah sukses mereka menggunakan analisis data berbasis AI untuk menyempurnakan strategi pemasaran. Mereka memanfaatkan analisis video AI bernama Advize untuk mencari tahu jenis konten influencer yang paling menarik perhatian audiens. Sistem ini menganalisis berbagai elemen, mulai dari gaya bicara sampai tempo video.
“Kami jadi lebih tahu kapan harus percaya pada insting, dan kapan harus mendengarkan data. Keseimbangan itu penting,” ujar Wilda Novayana, Brand & Product Development Manager CPPetindo. “Setelah kami mendengarkan data, jumlah penonton video kami naik 27 persen. AI membantu kami mempertajam intuisi kami.”
Kesehatan: Standar Layanan Lebih Tinggi di Siloam Hospitals
Di bidang kesehatan, Siloam Hospitals Group menggunakan AI untuk memastikan standar pelayanan yang sama di seluruh jaringan rumah sakit mereka, yang jumlahnya mencapai 41 cabang. Sistem AI menganalisis percakapan antara staf front office dan pasien secara real-time. Tujuannya, mengevaluasi apakah staf sudah mengikuti prosedur standar (SOP) dan memberikan saran untuk perbaikan.
“Tingkat kepatuhan kami meningkat sampai 98 persen,” jelas Anthony Hartono, Operations Services & Supply Chain Management Director Siloam Hospitals Group. “AI bukan seperti ‘mata-mata’. Ini adalah sistem pendukung yang memberi tim kami wawasan agar mereka bisa memberikan pelayanan yang lebih baik setiap hari.” Sistem ini memberikan umpan balik yang membangun kepada staf, sehingga mereka bisa meningkatkan kualitas interaksi dengan pasien.
Pelatihan Profesional: Efisiensi dengan AI di Alpha Aviation Group
Alpha Aviation Group (AAG), yang bergerak di bidang pelatihan penerbangan di Filipina, Indonesia, dan India, menggunakan AI untuk mengurangi beban administrasi para instruktur. Dengan begitu, mereka bisa lebih fokus melatih calon pilot. AAG memperkenalkan asisten digital bernama Chief Smile Officer. Sistem ini otomatis mengerjakan tugas-tugas rutin seperti penjadwalan dan pengelolaan data. Hasilnya, instruktur punya lebih banyak waktu untuk berinteraksi langsung dengan siswa.
“Setiap karyawan menghemat sekitar 15 jam kerja per bulan,” kata perwakilan tim AAG. “AI tidak menggantikan manusia, justru membantu kami jadi lebih manusiawi. Dengan mengurangi beban administratif, kami bisa memberikan perhatian yang lebih personal kepada setiap siswa.”
Kunci Sukses Adopsi AI: Utamakan Manusia
Forum “AI in Action” menekankan bahwa keberhasilan implementasi AI sangat bergantung pada pendekatan yang berpusat pada manusia. Perusahaan perlu berinvestasi dalam pelatihan karyawan, membangun kepercayaan terhadap sistem AI, dan memastikan bahwa AI digunakan untuk meningkatkan, bukan menggantikan, peran manusia. Kata Febrina dari AiSensum, “Acara ini bukan hanya tentang otomatisasi. Ini tentang berani bereksperimen, membangun kepercayaan, dan menyeimbangkan antara intuisi dan data.”
90-Day AI Playbook: Panduan Praktis dari AiSensum
Ray, Chief AI Officer AiSensum, memperkenalkan “90-Day AI Playbook,” panduan praktis yang dirancang untuk membantu bisnis beralih dari ide ke implementasi AI dengan cepat dan efektif. Playbook ini menyediakan kerangka kerja langkah demi langkah, mulai dari mengidentifikasi masalah bisnis yang relevan, memilih teknologi AI yang tepat, mengembangkan prototipe, hingga meluncurkan implementasi skala penuh.
“Tujuan kami adalah mendemokratisasi AI,” kata Ray. “Kami ingin memberdayakan bisnis dari semua ukuran untuk memanfaatkan potensi AI tanpa terjebak dalam kerumitan teknis yang berlebihan.”
Ke depannya, AI diperkirakan akan terus berkembang dan memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan kita. Penting untuk diingat bahwa teknologi ini harus digunakan secara bertanggung jawab dan etis, dengan fokus pada peningkatan kesejahteraan manusia dan pembangunan berkelanjutan. Implementasi AI yang sukses membutuhkan kolaborasi antara ahli teknologi, pembuat kebijakan, dan masyarakat luas untuk memastikan manfaatnya bisa dinikmati oleh semua.
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran WhatsApp Channel





