Scroll untuk baca artikel
AI

Pers dan AI, Seteru atau Sekutu?

96
×

Pers dan AI, Seteru atau Sekutu?

Sebarkan artikel ini
Pers dan AI, Apakah Mereka Bisa Bersahabat?

Spilltekno – Apakah Anda pernah bertanya-tanya bagaimana AI (kecerdasan buatan) dapat memengaruhi dunia pers? Apakah AI merupakan ancaman atau peluang bagi para jurnalis, editor, dan pembaca?

Apakah AI dapat menggantikan peran manusia dalam menciptakan dan menyebarkan informasi? Apakah AI dapat meningkatkan kualitas dan kredibilitas berita? Apakah AI dapat membantu kita mengatasi tantangan dan masalah yang dihadapi oleh industri media saat ini?

Dalam artikel ini, kami akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mengulas beberapa aspek penting yang berkaitan dengan pers dan AI. Mari kita mulai dengan memahami apa itu AI dan bagaimana cara kerjanya.

Daftar isi

1. Apa itu AI dan Bagaimana Cara Kerjanya?

AI adalah singkatan dari artificial intelligence, atau kecerdasan buatan dalam bahasa Indonesia.

AI adalah bidang ilmu komputer yang bertujuan untuk menciptakan sistem atau mesin yang dapat meniru atau melampaui kemampuan manusia dalam berbagai tugas, seperti belajar, berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah.

AI dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu:

1. AI lemah (weak AI)

yang hanya dapat melakukan tugas-tugas tertentu yang spesifik dan terbatas, seperti mengenali wajah, menerjemahkan bahasa, atau bermain catur. AI lemah juga disebut sebagai AI sempit (narrow AI) atau AI terapan (applied AI).

2. AI kuat (strong AI)

yang dapat melakukan tugas-tugas yang lebih kompleks dan umum, seperti memahami konteks, bernalar, dan menciptakan pengetahuan baru. AI kuat juga disebut sebagai AI umum (general AI) atau AI super (super AI).

AI lemah adalah jenis AI yang paling banyak digunakan dan dikembangkan saat ini, sedangkan AI kuat masih merupakan tujuan jangka panjang yang belum tercapai. AI lemah dapat dibangun dengan menggunakan berbagai teknik dan metode, seperti:

1. Machine learning (ML)

yang merupakan proses di mana sistem atau mesin dapat belajar dari data dan pengalaman, tanpa diprogram secara eksplisit. ML dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

  • Supervised learning, di mana sistem atau mesin belajar dari data yang sudah diberi label atau kategori, seperti gambar kucing atau anjing, atau teks positif atau negatif.
  • Unsupervised learning, di mana sistem atau mesin belajar dari data yang tidak diberi label atau kategori, dan mencoba menemukan pola atau struktur yang tersembunyi, seperti kelompok atau klaster, atau aturan asosiasi.
  • Reinforcement learning, di mana sistem atau mesin belajar dari interaksi dengan lingkungan, dan mencoba memaksimalkan imbalan atau penghargaan, seperti skor atau poin, atau mengurangi hukuman atau biaya, seperti kerugian atau kesalahan.

2. Deep learning (DL)

yang merupakan cabang dari ML yang menggunakan struktur yang disebut sebagai jaringan saraf tiruan (neural network), yang terinspirasi dari cara kerja otak manusia.

DL dapat menangani data yang lebih besar, kompleks, dan berdimensi tinggi, seperti gambar, suara, atau teks.

DL dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, seperti pengenalan wajah, pengenalan suara, pemrosesan bahasa alami, atau visi komputer.

3. Natural language processing (NLP)

yang merupakan cabang dari AI yang berfokus pada pemrosesan dan pemahaman bahasa manusia, baik lisan maupun tulisan.

NLP dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, seperti penerjemahan, ringkasan, klasifikasi, analisis sentimen, atau pembangkitan teks.

Baca Juga:  Cara Menggunakan Aplikasi GetFly Followers+, untuk Tingkatkan Follower

4. Computer vision (CV)

yang merupakan cabang dari AI yang berfokus pada pemrosesan dan pemahaman gambar atau video. CV dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, seperti pengenalan wajah, pengenalan objek, deteksi gerakan, atau segmentasi gambar.

AI dapat memberikan berbagai manfaat bagi dunia pers, baik dalam hal produksi, distribusi, maupun konsumsi berita. Mari kita lihat bagaimana AI dapat membantu pers dalam masing-masing aspek tersebut.

2. Bagaimana AI dapat Membantu

1. AI dapat membantu pers dalam hal produksi berita

1. Menghasilkan konten berita secara otomatis atau semi-otomatis

Dengan menggunakan teknik seperti NLP atau CV. Misalnya, AI dapat menghasilkan berita berdasarkan data atau fakta yang diberikan, seperti hasil olahraga, cuaca, atau keuangan.

AI juga dapat menghasilkan berita berdasarkan gambar atau video yang diberikan, seperti kecelakaan, bencana, atau peristiwa penting.

AI dapat menghasilkan konten berita yang akurat, objektif, dan netral, tanpa bias atau kesalahan manusia.

AI juga dapat menghasilkan konten berita yang sesuai dengan gaya, nada, atau sudut pandang media tertentu, dengan menggunakan teknik seperti transfer gaya (style transfer) atau adaptasi domain (domain adaptation).

2. Meningkatkan kualitas dan kredibilitas konten berita

Dengan menggunakan teknik seperti ML atau DL. Misalnya, AI dapat melakukan pengecekan fakta (fact-checking) atau verifikasi sumber (source verification) untuk memastikan kebenaran dan keaslian informasi yang disajikan.

AI juga dapat melakukan koreksi ejaan, tata bahasa, atau gaya untuk memperbaiki kesalahan atau ketidaksesuaian yang mungkin terjadi.

AI juga dapat melakukan penilaian kualitas (quality assessment) atau penilaian kredibilitas (credibility assessment) untuk memberikan skor atau label yang menunjukkan tingkat kepercayaan atau keandalan konten berita.

3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas proses produksi berita

Dengan menggunakan teknik seperti ML atau DL. Misalnya, AI dapat melakukan otomatisasi atau asistensi dalam berbagai tugas yang berulang, membosankan, atau memakan waktu, seperti pencarian, pengumpulan, atau pengolahan data, gambar, atau video.

AI juga dapat melakukan otomatisasi atau asistensi dalam berbagai tugas yang kompleks, sulit, atau berisiko, seperti investigasi, wawancara, atau peliputan.

AI juga dapat melakukan otomatisasi atau asistensi dalam berbagai tugas yang kreatif, inovatif, atau menarik, seperti ide, konsep, atau judul.

2. AI dapat membantu pers dalam hal distribusi berita

1. Menjangkau audiens yang lebih luas dan beragam

Dengan menggunakan teknik seperti NLP atau CV. Misalnya, AI dapat melakukan adaptasi bahasa (language adaptation) atau adaptasi budaya (cultural adaptation) untuk menyajikan konten berita yang sesuai dengan preferensi, latar belakang, atau konteks audiens.

AI juga dapat melakukan personalisasi (personalization) atau rekomendasi (recommendation) untuk menyajikan konten berita yang sesuai dengan minat, kebutuhan, atau tujuan audiens.

AI juga dapat melakukan interaksi (interaction) atau partisipasi (participation) untuk menyajikan konten berita yang sesuai dengan umpan balik, tanggapan, atau kontribusi audiens.

2. Meningkatkan pendapatan dan keberlanjutan media

Dengan menggunakan teknik seperti ML atau DL. Misalnya, AI dapat melakukan optimisasi iklan (advertising optimization) atau optimisasi harga (pricing optimization) untuk menentukan iklan atau harga yang paling sesuai dengan audiens dan konten berita.

AI juga dapat melakukan optimisasi konten (content optimization) atau optimisasi platform (platform optimization) untuk menentukan konten atau platform yang paling sesuai dengan audiens dan tujuan media.

AI juga dapat melakukan optimisasi kinerja (performance optimization) atau optimisasi kualitas (quality optimization) untuk menentukan kinerja atau kualitas yang paling sesuai dengan audiens dan standar media.

3. AI dapat membantu pers dalam hal konsumsi berita

1. Memudahkan akses dan pencarian informasi

AI dapat melakukan ekstraksi informasi (information extraction) atau ekstraksi pengetahuan (knowledge extraction) untuk mengidentifikasi dan menyajikan informasi atau pengetahuan yang penting, relevan, atau menarik dari konten berita.

AI juga dapat melakukan pencarian informasi (information retrieval) atau pencarian pengetahuan (knowledge retrieval) untuk menemukan dan menyajikan informasi atau pengetahuan yang sesuai dengan permintaan, pertanyaan, atau keingintahuan pengguna.

AI juga dapat melakukan visualisasi informasi (information visualization) atau visualisasi pengetahuan (knowledge visualization) untuk menampilkan dan menjelaskan informasi atau pengetahuan dengan cara yang mudah dipahami, menarik, atau interaktif.

2. Memperkaya pengalaman dan pemahaman pengguna

AI dapat melakukan augmentasi realitas (augmented reality) atau realitas virtual (virtual reality) untuk menyediakan pengalaman yang lebih imersif, realistis, atau menyenangkan bagi pengguna.

AI juga dapat melakukan penjelasan (explanation) atau interpretasi (interpretation) untuk menyediakan pemahaman yang lebih mendalam, komprehensif, atau kritis bagi pengguna.

AI juga dapat melakukan edukasi (education) atau pembelajaran (learning) untuk menyediakan pengetahuan yang lebih luas, berguna, atau berdampak bagi pengguna.

3. Mendorong partisipasi dan kolaborasi pengguna

AI dapat melakukan fasilitasi (facilitation) atau moderasi (moderation) untuk menyediakan lingkungan yang lebih kondusif, aman, atau nyaman bagi pengguna.

Baca Juga:  AI Pembuat Makalah Otomatis: Makalah Anda Auto Rapih

AI juga dapat melakukan motivasi (motivation) atau insentif (incentive) untuk menyediakan dorongan yang lebih kuat, adil, atau menarik bagi pengguna.

AI juga dapat melakukan koordinasi (coordination) atau integrasi (integration) untuk menyediakan kerjasama yang lebih efektif, efisien, atau bermakna bagi pengguna.

Dari uraian di atas, kita dapat melihat bahwa AI dapat memberikan berbagai manfaat bagi dunia pers, baik dalam hal produksi, distribusi, maupun konsumsi berita.

Namun, AI juga dapat menimbulkan berbagai tantangan dan risiko bagi pers, seperti etika, akuntabilitas, dan kebebasan. Mari kita lihat apa saja tantangan dan risiko tersebut, dan bagaimana cara mengatasinya.

3. Apa saja Tantangan dan Risiko

1. AI dapat menimbulkan tantangan dan risiko bagi pers dalam hal etika

1. Bias atau prasangka

Ketidakadilan atau ketidaksetaraan yang disebabkan oleh AI terhadap individu atau kelompok tertentu, berdasarkan karakteristik seperti jenis kelamin, ras, agama, atau orientasi seksual.

Bias atau prasangka dapat terjadi karena data yang digunakan oleh AI tidak representatif, tidak seimbang, atau tidak akurat.

Bias atau prasangka juga dapat terjadi karena algoritma yang digunakan oleh AI tidak transparan, tidak adil, atau tidak akuntabel.

Bias atau prasangka dapat mengurangi kualitas, kredibilitas, dan kepercayaan terhadap konten berita, serta dapat merugikan atau mendiskriminasi individu atau kelompok tertentu.

2. Manipulasi atau misinformasi

Pengubahan atau penyebaran informasi yang salah, palsu, atau menyesatkan oleh AI, dengan tujuan untuk menipu, mempengaruhi, atau merusak individu atau kelompok tertentu.

Manipulasi atau misinformasi dapat terjadi karena AI dapat menghasilkan atau memodifikasi konten berita dengan cara yang sulit dibedakan dari yang asli, seperti dengan menggunakan teknik seperti deepfake, generative adversarial network, atau synthetic media.

Manipulasi atau misinformasi juga dapat terjadi karena AI dapat menyebarkan atau mempromosikan konten berita dengan cara yang sulit dikontrol atau dilacak, seperti dengan menggunakan teknik seperti bot, troll, atau spam.

Manipulasi atau misinformasi dapat mengganggu keseimbangan, kebenaran, dan keadilan informasi, serta dapat merusak atau mengancam individu atau kelompok tertentu.

3. Privasi atau keamanan

Merupakan perlindungan atau pengamanan informasi yang sensitif, pribadi, atau rahasia yang dimiliki oleh individu atau kelompok tertentu, dari akses, penggunaan, atau penyalahgunaan yang tidak sah atau tidak diinginkan oleh AI.

Privasi atau keamanan dapat terancam karena AI dapat mengumpulkan, menyimpan, atau membagikan informasi tanpa izin, transparansi, atau konsistensi.

Privasi atau keamanan juga dapat terancam karena AI dapat mengakses, mengubah, atau menghapus informasi tanpa otorisasi, integritas, atau reliabilitas.

Privasi atau keamanan dapat mengurangi hak, kewajiban, dan tanggung jawab individu atau kelompok tertentu, serta dapat membahayakan atau mengkhianati individu atau kelompok tertentu.

2. AI dapat menimbulkan tantangan dan risiko bagi pers dalam hal akuntabilitas

1. Transparansi atau keterbukaan

Ketersediaan atau aksesibilitas informasi yang relevan, lengkap, atau akurat tentang AI, baik kepada publik, pengguna, atau pemangku kepentingan lainnya.

Transparansi atau keterbukaan dapat terhambat karena AI dapat bersifat kompleks, dinamis, atau tidak dapat diprediksi, sehingga sulit untuk dipahami, dijelaskan, atau dipertanggungjawabkan.

Transparansi atau keterbukaan juga dapat terhambat karena AI dapat bersifat rahasia, eksklusif, atau tidak dapat diakses, sehingga sulit untuk diperiksa, diaudit, atau diregulasi.

Transparansi atau keterbukaan dapat meningkatkan kepercayaan, keterlibatan, dan kerjasama antara AI dan manusia, serta dapat mencegah atau mengatasi konflik, kesalahpahaman, atau kesalahan yang mungkin terjadi.

2. Pertanggungjawaban atau tanggung jawab

Kewajiban atau kewenangan untuk menjawab, menjelaskan, atau membenarkan tindakan, keputusan, atau hasil yang dihasilkan oleh AI, baik kepada publik, pengguna, atau pemangku kepentingan lainnya.

Pertanggungjawaban atau tanggung jawab dapat terabaikan karena AI dapat bersifat otonom, independen, atau tidak tergantung, sehingga sulit untuk dikontrol, dipengaruhi, atau diperbaiki.

Pertanggungjawaban atau tanggung jawab juga dapat terabaikan karena AI dapat bersifat ambigu, tidak konsisten, atau tidak proporsional, sehingga sulit untuk dinilai, dibandingkan, atau disesuaikan.

Pertanggungjawaban atau tanggung jawab dapat meningkatkan kualitas, kredibilitas, dan keadilan dari AI, serta dapat mendorong atau memperbaiki perilaku, sikap, atau nilai yang diharapkan dari AI dan manusia.

3. Pengawasan atau pengendalian

Kemampuan atau kapasitas untuk memantau, mengukur, atau mengubah tindakan, keputusan, atau hasil yang dihasilkan oleh AI, baik oleh publik, pengguna, atau pemangku kepentingan lainnya.

Pengawasan atau pengendalian dapat terbatas karena AI dapat bersifat adaptif, evolutif, atau tidak stabil, sehingga sulit untuk diprediksi, diantisipasi, atau diintervensi.

Pengawasan atau pengendalian juga dapat terbatas karena AI dapat bersifat kompleks, terdistribusi, atau tidak terpusat, sehingga sulit untuk diidentifikasi, dilokalisasi, atau dikomunikasikan.

Pengawasan atau pengendalian dapat meningkatkan keamanan, reliabilitas, dan konsistensi dari AI, serta dapat mencegah atau mengurangi dampak, kerugian, atau bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh AI.

Baca Juga:  Cara Menggunakan AI di Photoshop, Wajib Dicoba Nih!

3. AI dapat menimbulkan tantangan dan risiko bagi pers dalam hal kebebasan

1. Kebebasan berpendapat atau berekspresi

Merupakan hak atau kemampuan untuk menyampaikan, menyebarkan, atau menerima informasi, ide, atau opini yang diinginkan, tanpa rasa takut, tekanan, atau intervensi dari AI.

Kebebasan berpendapat atau berekspresi dapat terancam karena AI dapat melakukan sensor (censorship) atau pembatasan (restriction) terhadap informasi, ide, atau opini yang dianggap tidak sesuai, tidak pantas, atau tidak diinginkan oleh AI.

Kebebasan berpendapat atau berekspresi juga dapat terancam karena AI dapat melakukan pengaruh (influence) atau persuasi (persuasion) terhadap informasi, ide, atau opini yang dianggap sesuai, pantas, atau diinginkan oleh AI.

Kebebasan berpendapat atau berekspresi dapat memperkaya keragaman, pluralisme, dan demokrasi informasi, serta dapat menghormati atau melindungi hak, martabat, atau kepentingan individu atau kelompok tertentu.

2. Kebebasan berinovasi atau berkreativitas

yang merupakan hak atau kemampuan untuk menciptakan, mengembangkan, atau memperbaiki informasi, ide, atau opini yang diinginkan, tanpa hambatan, batasan, atau kompetisi dari AI.

Kebebasan berinovasi atau berkreativitas dapat terhambat karena AI dapat melakukan imitasi (imitation) atau plagiat (plagiarism) terhadap informasi, ide, atau opini yang dihasilkan oleh manusia, tanpa pengakuan, penghargaan, atau kompensasi yang layak.

Kebebasan berinovasi atau berkreativitas juga dapat terhambat karena AI dapat melakukan substitusi (substitution) atau eliminasi (elimination) terhadap informasi, ide, atau opini yang dihasilkan oleh manusia, tanpa konsultasi, partisipasi, atau konsensus yang memadai.

Kebebasan berinovasi atau berkreativitas dapat meningkatkan kemajuan, kesejahteraan, dan kemanfaatan informasi, serta dapat menghargai atau mengembangkan potensi, bakat, atau prestasi individu atau kelompok tertentu.

3. Kebebasan berkolaborasi atau berpartisipasi

yang merupakan hak atau kemampuan untuk berkontribusi, berbagi, atau menerima informasi, ide, atau opini yang diinginkan, tanpa diskriminasi, eksklusi, atau dominasi dari AI.

Kebebasan berkolaborasi atau berpartisipasi dapat terganggu karena AI dapat melakukan segregasi (segregation) atau isolasi (isolation) terhadap individu atau kelompok tertentu yang dianggap tidak cocok, tidak kompeten, atau tidak relevan oleh AI.

Kebebasan berkolaborasi atau berpartisipasi juga dapat terganggu karena AI dapat melakukan koordinasi (coordination) atau integrasi (integration) terhadap individu atau kelompok tertentu yang dianggap cocok, kompeten, atau relevan oleh AI.

Kebebasan berkolaborasi atau berpartisipasi dapat meningkatkan kualitas, kuantitas, dan keragaman informasi, serta dapat menghormati atau memperkuat hubungan, solidaritas, atau kemitraan antara individu atau kelompok tertentu.

Dari uraian di atas, kita dapat melihat bahwa AI dapat menimbulkan berbagai tantangan dan risiko bagi dunia pers, baik dalam hal etika, akuntabilitas, maupun kebebasan.

Oleh karena itu, kita perlu mencari cara untuk memanfaatkan AI secara optimal dan bertanggung jawab dalam dunia pers. Mari kita lihat apa saja rekomendasi dan saran yang dapat kita lakukan.

4. Apa saja Rekomendasi dan Saran untuk Memanfaatkan AI

Untuk memanfaatkan AI secara optimal dan bertanggung jawab dalam dunia pers, kita perlu melakukan beberapa hal, yaitu:

1. Mengembangkan dan menerapkan

Mengembangkan dan menerapkan standar etika dan profesionalisme yang tinggi, yang dapat memberikan pedoman, prinsip, atau nilai yang harus diikuti oleh AI dan manusia dalam dunia pers.

Standar etika dan profesionalisme yang tinggi dapat mencakup aspek-aspek seperti kebenaran, keadilan, keberimbangan, keobjektifan, keakuratan, keandalan, kejelasan, kepatutan, kepedulian, kesejahteraan, dan keberlanjutan.

Standar etika dan profesionalisme yang tinggi dapat dibuat dan diterapkan oleh berbagai pihak, seperti media, jurnalis, pengembang AI, regulator, akademisi, atau masyarakat sipil.

2. Meningkatkan dan memperkuat

Meningkatkan dan memperkuat kapasitas dan kompetensi yang dibutuhkan, yang dapat memberikan kemampuan, pengetahuan, atau keterampilan yang diperlukan oleh AI dan manusia dalam dunia pers.

Kapasitas dan kompetensi yang dibutuhkan dapat mencakup aspek-aspek seperti literasi, keterampilan, pengalaman, penelitian, pengembangan, inovasi, kreativitas, kolaborasi, partisipasi, dan adaptasi.

Kapasitas dan kompetensi yang dibutuhkan dapat ditingkatkan dan diperkuat oleh berbagai pihak, seperti media, jurnalis, pengembang AI, regulator, akademisi, atau masyarakat sipil.

3. Membangun dan menjaga

Membangun dan menjaga hubungan yang harmonis dan sinergis antara AI dan manusia, yang dapat memberikan kerjasama, koordinasi, komunikasi, atau integrasi yang efektif, efisien, dan bermakna antara AI dan manusia dalam dunia pers.

Hubungan yang harmonis dan sinergis antara AI dan manusia dapat mencakup aspek-aspek seperti saling menghormati, saling menghargai, saling melengkapi, saling mendukung, saling mengawasi, saling mengontrol, saling memberi umpan balik, saling belajar, atau saling berkembang.

Hubungan yang harmonis dan sinergis antara AI dan manusia dapat dibangun dan dijaga oleh berbagai pihak, seperti media, jurnalis, pengembang AI, regulator, akademisi, atau masyarakat sipil.

Dengan melakukan hal-hal di atas, kita dapat memanfaatkan AI secara optimal dan bertanggung jawab dalam dunia pers, sehingga kita dapat menikmati manfaat-manfaat yang ditawarkan oleh AI, tanpa mengorbankan nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau hak-hak yang kita junjung tinggi dalam dunia pers.

Dalam artikel ini, kami telah membahas tentang pers dan AI, yaitu hubungan, manfaat, tantangan, dan rekomendasi antara dunia pers dan kecerdasan buatan.

Kami telah menjelaskan tentang apa itu AI dan bagaimana cara kerjanya, serta berbagai teknik dan metode yang digunakan oleh AI, seperti machine learning, deep learning, natural language processing, dan computer vision.

Kami juga telah mengulas tentang bagaimana AI dapat membantu pers dalam hal produksi, distribusi, dan konsumsi berita, dengan memberikan berbagai contoh aplikasi dan manfaat yang dapat diperoleh oleh media, jurnalis, dan pembaca.

Selain itu, kami juga telah menyoroti tentang berbagai tantangan dan risiko yang dapat ditimbulkan oleh AI bagi pers, seperti etika, akuntabilitas, dan kebebasan, serta memberikan beberapa rekomendasi dan saran untuk memanfaatkan AI secara optimal.

Dan bertanggung jawab dalam dunia pers, seperti mengembangkan dan menerapkan standar etika dan profesionalisme yang tinggi, meningkatkan dan memperkuat kapasitas dan kompetensi yang dibutuhkan.

Kami berharap artikel ini dapat memberikan informasi, wawasan, atau inspirasi yang bermanfaat bagi Anda yang tertarik atau terlibat dalam dunia pers dan AI. Terima kasih telah membaca artikel ini. Kami tunggu komentar, saran, atau kritik Anda. Spilltekno

Cek Informasi Teknologi Lainnya di Google News

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *