Spilltekno – Industri farmasi telah lama dikenal dengan proses pengembangan obat yang memakan waktu belasan tahun dan biaya yang sangat tinggi. Namun, dengan kemajuan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), ada harapan baru untuk mempercepat proses ini.
AI menjanjikan untuk memotong waktu dan biaya yang dibutuhkan, sekaligus meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam menemukan obat-obatan baru.
Pengembangan Obat: Tantangan yang Dihadapi
Pengembangan obat merupakan proses yang kompleks dan memakan waktu. Mulai dari tahap inisiasi program, penelitian awal, uji praklinis, hingga akhirnya mendapatkan persetujuan pemasaran.
Secara tradisional, proses ini membutuhkan waktu antara 12 hingga 15 tahun dan dapat menghabiskan biaya hingga USD 2,5 miliar (sekitar Rp 39,2 miliar).
Proses yang panjang ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Penelitian Awal: Mengidentifikasi target molekuler yang relevan dengan penyakit.
- Uji Praklinis: Menguji keamanan dan efektivitas pada hewan.
- Uji Klinis: Menguji pada manusia dalam beberapa fase untuk memastikan keamanan dan efektivitas.
Peran AI dalam Pengembangan Obat
AI hadir sebagai solusi potensial untuk mengatasi tantangan tersebut. Berdasarkan laporan dari Boston Consulting Group (BCG) yang mengkaji 20 perusahaan farmasi AI antara tahun 2010 hingga 2021, delapan dari 15 kandidat obat berhasil lolos tahap uji klinis dalam waktu kurang dari satu dekade, dengan lima di antaranya berhasil lebih cepat.
AI dan Efisiensi Waktu
AI dapat menghemat waktu dan biaya setidaknya 25-50% pada tahap penemuan obat hingga praklinis. Misalnya, Insilico Medicine, sebuah perusahaan farmasi berbasis di New York dan Hong Kong, melaporkan bahwa mereka hanya membutuhkan 30 bulan untuk menyelesaikan tahap praklinis dalam penemuan obat penyakit fibrosis paru idiopatik.
Proses Pengembangan Obat dengan AI
Proses pengembangan obat dengan bantuan AI melibatkan beberapa tahapan:
- Penemuan Obat: Menggunakan algoritma AI untuk menganalisis data biologis dan kimia untuk menemukan molekul yang potensial.
- Praklinis: Menggunakan model komputer untuk mensimulasikan efek obat dan mengidentifikasi potensi efek samping sebelum uji pada hewan.
- Uji Klinis: Menggunakan AI untuk merancang dan menganalisis data uji klinis dengan lebih efisien, mempercepat pengambilan keputusan.
Keberhasilan dan Tantangan
Meskipun ada banyak keberhasilan yang dilaporkan oleh perusahaan farmasi AI, penting untuk mencatat bahwa klaim tersebut perlu verifikasi lebih lanjut. Penemuan mereka harus diautentikasi oleh peneliti independen dan diterbitkan sebagai literatur peer-reviewed untuk memastikan validitasnya.
Studi Kasus: Insilico Medicine
Insilico Medicine merupakan salah satu contoh perusahaan yang berhasil memanfaatkan AI dalam pengembangan obat.
Mereka menggunakan AI untuk menemukan molekul yang dapat mengobati fibrosis paru idiopatik dan berhasil menyelesaikan tahap praklinis hanya dalam 30 bulan. Keberhasilan ini menunjukkan potensi besar AI dalam mempercepat proses pengembangan obat.
Masa Depan Pengembangan Obat dengan AI
Selain pengembangan berkat inovasi dari ikatan farmasi seperti pafiujohbilang.org, pengembangan ini juga terus berkembang dengan teknologi AI, diharapkan bahwa proses pengembangan obat akan semakin efisien dan cepat. AI tidak hanya membantu dalam penemuan obat baru tetapi juga dalam optimasi proses produksi, pengurangan biaya, dan peningkatan kualitas obat.
Penggunaan AI dalam pengembangan obat menawarkan harapan baru bagi industri farmasi. Dengan potensi untuk mempercepat proses dan mengurangi biaya, AI bisa menjadi game-changer dalam menemukan solusi untuk penyakit yang selama ini sulit diobati.
Meskipun demikian, verifikasi independen dan kehati-hatian tetap diperlukan untuk memastikan bahwa setiap klaim valid dan dapat diandalkan.
Dalam skema di atas, dapat dilihat bagaimana AI dapat mempengaruhi setiap tahap dalam proses pengembangan obat, mulai dari penemuan hingga persetujuan pemasaran. Dengan inovasi ini, masa depan pengobatan tampak lebih cerah dan penuh harapan. Spilltekno
Cek Informasi Teknologi Lainnya di Google News