Orang Tua Lebih Tenang, WhatsApp Punya Jurus Baru Lindungi dari Penipuan!

ℹ️

(CT) Kipas Angin Berdiri Listrik Premium Low Noise 3 Tingkat Kecepatan Angin / Stand Fan Elektric

(CT) Kipas Angin Berdiri Listrik Premium Low Noise 3 Tingkat Kecepatan Angin / Stand Fan Elektric

Kipas angin elektrik 30W, rotasi 90° otomatis & 80° manual. 3 level kecepatan, suara rendah, nyaman untuk tidur. Ringan & hemat daya.

Lihat Produk

Spilltekno – Orang tua kini bisa bernapas lega! WhatsApp menghadirkan fitur terbaru yang dirancang khusus untuk melindungi mereka dari berbagai modus penipuan daring yang semakin marak. Peringatan otomatis akan muncul ketika pengguna, khususnya yang kurang familiar dengan teknologi, berpotensi melakukan tindakan berisiko seperti membagikan layar kepada orang tak dikenal.

ℹ️

Fantech FLASH HQ53 Headset Gaming Mobile Wired Garansi Resmi 1 Tahun Black White

Fantech FLASH HQ53 Headset Gaming Mobile Wired Garansi Resmi 1 Tahun Black White

Fantech FLASH HQ53 headset gaming ringan & nyaman, driver 50mm, mic jernih, kontrol volume mudah, efek lampu merah, dual koneksi AUX/USB. Garansi 1 tahun. Spilltekno

Lihat Produk

Fitur Baru WhatsApp: Deteksi Penipuan

WhatsApp, aplikasi pesan instan populer, terus berupaya meningkatkan keamanan penggunanya. Langkah terbaru ini, berupa fitur deteksi penipuan, menjadi bukti komitmen tersebut. Fitur ini dirancang untuk secara proaktif mengidentifikasi dan memperingatkan pengguna terhadap potensi risiko penipuan yang mungkin mereka hadapi saat berinteraksi di platform.

Peringatan Saat Berbagi Layar

Salah satu fitur kunci dalam deteksi penipuan ini adalah peringatan yang muncul saat pengguna hendak membagikan layar (screen sharing) dalam panggilan video, terutama dengan kontak yang belum dikenal. Peringatan ini krusial, mengingat modus penipuan berbagi layar semakin marak. Penipu kerap memanfaatkan kelengahan korban dengan meminta akses ke layar ponsel, kemudian mengarahkan mereka untuk membuka aplikasi perbankan atau memberikan informasi sensitif lainnya.

“Ini adalah langkah penting untuk melindungi pengguna dari praktik penipuan yang kian canggih,” ujar seorang analis keamanan siber, Antonius Simanjuntak, kepada tim redaksi. “Fitur ini memberikan lapisan perlindungan tambahan, terutama bagi mereka yang kurang waspada terhadap potensi risiko.”

Fitur ini bekerja dengan memonitor aktivitas berbagi layar dan membandingkannya dengan pola-pola penipuan yang telah diidentifikasi. Jika ada indikasi aktivitas mencurigakan, WhatsApp akan segera mengirimkan peringatan kepada pengguna, mengingatkan mereka untuk berhati-hati dan tidak memberikan informasi pribadi kepada pihak yang tidak dikenal.

Deteksi Penipuan di Messenger

Upaya pemberantasan penipuan daring tidak hanya terbatas pada WhatsApp. Perusahaan induk, Meta, juga sedang mengembangkan dan menguji sistem serupa di platform Messenger. Sistem ini memanfaatkan algoritma canggih untuk menganalisis isi pesan dan mengidentifikasi potensi penipuan.

Jika sebuah pesan terdeteksi mencurigakan, pengguna akan menerima peringatan yang jelas dan tegas, seperti “Hati-hati, Anda bisa kehilangan uang!” Peringatan ini juga akan disertai dengan informasi mengenai modus-modus penipuan yang umum terjadi, seperti tawaran pekerjaan dari rumah yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, ajakan investasi bodong, atau permintaan uang mendesak dengan alasan yang dibuat-buat.

Selain memberikan peringatan, sistem ini juga akan menyarankan pengguna untuk segera memblokir atau melaporkan akun yang mencurigakan tersebut. Hal ini bertujuan untuk mencegah penipu beraksi lebih jauh dan melindungi pengguna lain dari potensi menjadi korban.

Modus Penipuan yang Sering Terjadi

Dunia maya, meski menawarkan banyak kemudahan, juga menjadi lahan subur bagi tindak kejahatan, termasuk penipuan. Modus penipuan daring semakin beragam dan canggih, sehingga penting bagi masyarakat untuk selalu waspada dan berhati-hati.

Target Penipu: Lansia dan Orang Kesepian

Sayangnya, tidak semua orang memiliki tingkat pemahaman yang sama mengenai teknologi dan keamanan digital. Hal ini dimanfaatkan oleh para penipu untuk mengincar kelompok-kelompok rentan, seperti lansia dan orang-orang yang sedang merasa kesepian. Lansia seringkali kurang familiar dengan teknologi terbaru dan cenderung lebih mudah percaya pada orang lain. Sementara itu, orang-orang yang sedang kesepian rentan terhadap penipuan romantis atau tawaran persahabatan palsu yang ujung-ujungnya berujung pada permintaan uang.

“Para penipu seringkali memanfaatkan emosi korban untuk memanipulasi mereka,” jelas seorang psikolog sosial, Dr. Maya Hartono. “Mereka membangun kepercayaan dengan cepat, kemudian memanfaatkan kerentanan korban untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.”

Jenis Penipuan yang Umum

Beberapa jenis penipuan yang paling umum terjadi di dunia maya antara lain:

Penipuan Romantis (Romance Scam): Penipu berpura-pura menjalin hubungan asmara dengan korban melalui media sosial atau aplikasi kencan. Setelah berhasil membangun kepercayaan, mereka akan mulai meminta uang dengan berbagai alasan, seperti biaya pengobatan, biaya perjalanan, atau masalah keuangan mendesak.

Penipuan Investasi Bodong: Penipu menawarkan investasi dengan keuntungan yang sangat tinggi dan risiko yang rendah. Mereka seringkali menggunakan skema ponzi, di mana keuntungan dibayarkan kepada investor awal menggunakan uang dari investor baru. Skema ini akan runtuh ketika tidak ada lagi investor baru yang bergabung.

Penipuan Tawaran Pekerjaan: Penipu menawarkan pekerjaan dengan gaji yang sangat menggiurkan dan persyaratan yang mudah. Korban diminta untuk membayar biaya pendaftaran, biaya pelatihan, atau biaya perlengkapan kerja. Setelah uang dibayarkan, penipu akan menghilang.

* Phishing: Penipu mencoba mendapatkan informasi pribadi korban, seperti username, password, dan nomor kartu kredit, dengan menyamar sebagai organisasi atau perusahaan yang terpercaya. Mereka seringkali mengirimkan email atau pesan teks palsu yang meminta korban untuk mengklik tautan dan memasukkan informasi pribadi mereka.

Upaya Meta dalam Memberantas Penipuan

Meta, sebagai perusahaan induk WhatsApp dan Messenger, menyadari betul ancaman penipuan daring dan terus berupaya untuk memberantasnya. Berbagai langkah telah diambil, termasuk penutupan akun dan halaman palsu yang terlibat dalam aktivitas penipuan.

Penutupan Akun dan Halaman Palsu

Dalam laporan terbarunya, Meta mengungkapkan bahwa mereka telah menutup lebih dari 8 juta akun yang terlibat dalam operasi penipuan global selama paruh pertama tahun 2025. Akun-akun ini berasal dari berbagai negara, termasuk Myanmar, Laos, Kamboja, Uni Emirat Arab, dan Filipina.

Selain itu, sekitar 21.000 halaman dan akun Facebook palsu juga dihapus karena berpura-pura menjadi layanan pelanggan resmi untuk mencuri data pengguna. Halaman dan akun palsu ini seringkali digunakan untuk menipu pengguna agar memberikan informasi pribadi mereka, seperti username, password, dan nomor telepon.

“Kami berkomitmen untuk menciptakan lingkungan online yang aman dan terpercaya bagi semua pengguna,” tegas juru bicara Meta. “Kami akan terus mengembangkan teknologi dan strategi baru untuk memerangi penipuan daring dan melindungi pengguna dari potensi risiko.”

Dampak Penipuan Daring

Penipuan daring tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga memberikan dampak emosional yang mendalam bagi para korban. Kerugian finansial bisa mencapai jutaan bahkan miliaran rupiah, sementara dampak emosionalnya bisa berupa rasa malu, depresi, dan trauma.

Kerugian Finansial dan Emosional

Banyak korban penipuan daring merasa malu untuk mengaku kepada keluarga atau teman-teman mereka. Mereka takut dihakimi atau disalahkan atas kelalaian mereka. Akibatnya, mereka cenderung memendam masalah tersebut sendiri, yang dapat memperburuk kondisi emosional mereka.

“Dampak emosional penipuan daring seringkali diabaikan,” kata Dr. Maya Hartono. “Korban tidak hanya kehilangan uang, tetapi juga kehilangan kepercayaan diri dan harga diri mereka.”

Dalam beberapa kasus, korban bahkan tetap percaya bahwa penipuan tersebut adalah peluang sungguhan, meskipun sudah jelas bahwa mereka telah ditipu. Hal ini disebabkan oleh manipulasi emosional yang dilakukan oleh penipu.

Keluarga dan teman-teman korban perlu memberikan dukungan moral dan membantu mereka untuk melaporkan kasus penipuan tersebut kepada pihak berwajib. Selain itu, korban juga disarankan untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau konselor untuk mengatasi trauma yang mereka alami.

Dengan fitur deteksi penipuan yang baru diluncurkan oleh WhatsApp, diharapkan para pengguna, terutama kelompok rentan, dapat lebih terlindungi dari ancaman penipuan daring. Meski demikian, kewaspadaan dan kehati-hatian tetap menjadi kunci utama untuk menghindari menjadi korban penipuan. Selalu verifikasi informasi sebelum mempercayainya, dan jangan ragu untuk melaporkan aktivitas mencurigakan kepada pihak berwajib.