Spilltekno – Dampak kecerdasan buatan (AI) diprediksi akan semakin signifikan, bahkan berpotensi memengaruhi populasi manusia secara global. Beberapa ahli memperkirakan perkembangan pesat AI dapat menyebabkan penurunan drastis populasi hingga hanya tersisa 100 juta jiwa dari sekitar 8 miliar saat ini. Ini bukan skenario film fiksi ilmiah tentang pemberontakan robot, melainkan prediksi yang lebih kompleks dan berkaitan erat dengan perubahan sosial dan ekonomi yang dipicu oleh AI.
Potensi Dampak AI Terhadap Populasi Manusia
Dampak AI terhadap populasi manusia tidak langsung berupa perang atau bencana alam. Melainkan, melalui perubahan-perubahan mendasar pada cara kita bekerja, menjalani hidup, dan bahkan, memutuskan untuk berkeluarga. Dua faktor utama yang diprediksi akan berkontribusi pada penurunan populasi adalah pengangguran massal dan penurunan angka kelahiran.
AI dan Pengangguran
Salah satu kekhawatiran terbesar terkait AI adalah potensinya untuk menggantikan banyak pekerjaan yang saat ini dikerjakan oleh manusia. Subhash Kak, pakar ilmu komputer di Oklahoma State University, menyoroti bahwa AI, meskipun tidak memiliki kesadaran, akan mampu melakukan hampir semua yang kita lakukan saat ini dalam pekerjaan. Ini berarti jutaan orang berpotensi kehilangan mata pencaharian mereka.
Bayangkan dampaknya: pengangguran massal akan menciptakan ketidakpastian ekonomi yang luas. Orang akan merasa tidak aman tentang masa depan mereka, kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, dan kehilangan kepercayaan diri. Dalam situasi seperti itu, memiliki anak mungkin bukan prioritas, bahkan dianggap sebagai beban yang terlalu berat.
Selain itu, jenis pekerjaan yang paling rentan digantikan oleh AI seringkali merupakan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan rendah atau menengah. Ini berarti orang-orang dengan pendidikan dan kualifikasi yang lebih rendah akan menghadapi tantangan yang lebih besar untuk mencari pekerjaan baru, yang semakin memperburuk ketimpangan ekonomi dan sosial.
Penurunan Angka Kelahiran
Pengangguran yang disebabkan oleh AI hanyalah salah satu faktor yang berkontribusi pada penurunan angka kelahiran. Faktor lain yang tak kalah penting adalah perubahan nilai dan prioritas dalam masyarakat. Semakin banyak orang yang menunda pernikahan dan memiliki anak, memilih untuk fokus pada karir, pendidikan, atau pengalaman pribadi.
Selain itu, biaya membesarkan anak semakin meningkat, terutama di negara-negara maju. Biaya pendidikan, perawatan kesehatan, dan perumahan terus melonjak, membuat banyak pasangan merasa tidak mampu secara finansial untuk memiliki anak.
Ketakutan akan masa depan juga memainkan peran penting. Banyak orang khawatir tentang dampak perubahan iklim, ketidakstabilan politik, dan ketidakpastian ekonomi pada kehidupan anak-anak mereka. Mereka mungkin merasa tidak etis untuk membawa anak ke dunia yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian.
Prediksi Jumlah Populasi di Masa Depan
Subhash Kak dan ahli lainnya memperkirakan bahwa sebagai akibat dari kombinasi faktor-faktor ini, populasi dunia bisa merosot drastis hingga hanya 100 juta orang saja pada tahun 2300 atau 2380. Prediksi ini tentu saja sangat ekstrem dan kontroversial, tetapi ini berfungsi sebagai peringatan tentang potensi konsekuensi dari perkembangan AI yang tidak terkendali.
Penting untuk dicatat bahwa prediksi ini bukan kepastian. Masa depan selalu tidak pasti, dan banyak faktor yang dapat memengaruhi lintasan populasi manusia. Namun, prediksi ini menyoroti perlunya tindakan proaktif untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh AI dan memastikan masa depan yang berkelanjutan dan sejahtera bagi semua orang.
Penurunan Populasi yang Sudah Terjadi
Meskipun penurunan populasi global yang drastis masih merupakan kemungkinan teoretis, penurunan populasi sudah menjadi kenyataan di beberapa negara di seluruh dunia. Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara Eropa mengalami penurunan angka kelahiran yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir, yang menyebabkan populasi mereka menyusut.
Di Jepang, misalnya, angka kelahiran telah berada di bawah tingkat penggantian (2,1 anak per wanita) selama beberapa dekade, dan populasi negara itu diperkirakan akan menyusut sebesar sepertiga pada tahun 2050. Korea Selatan menghadapi situasi yang lebih buruk, dengan angka kelahiran terendah di dunia.
Faktor-faktor yang berkontribusi pada penurunan populasi di negara-negara ini beragam, tetapi meliputi: biaya membesarkan anak yang tinggi, kurangnya dukungan pemerintah untuk keluarga, ketidaksetaraan gender, dan tekanan karir yang tinggi. Perkembangan pesat AI berpotensi memperburuk masalah ini, karena dapat menyebabkan pengangguran lebih lanjut dan ketidakpastian ekonomi.
Kesimpulan
Meskipun terlalu dini untuk mengatakan dengan pasti apakah AI akan menyebabkan penurunan populasi global yang drastis, penting untuk mengambil serius potensi risikonya. Kita perlu mulai memikirkan cara untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh AI dan memastikan bahwa teknologi ini digunakan untuk kepentingan umat manusia.
Ini berarti berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan untuk membantu orang-orang beradaptasi dengan pasar kerja yang berubah, menciptakan jaring pengaman sosial untuk melindungi mereka yang kehilangan pekerjaan karena AI, dan mengembangkan kebijakan untuk mendukung keluarga dan mendorong angka kelahiran.
Pada saat yang sama, kita perlu memastikan bahwa perkembangan AI dikendalikan secara etis dan bertanggung jawab. Kita perlu mengembangkan kerangka kerja hukum dan etika untuk mengatur penggunaan AI dan mencegahnya dari digunakan dengan cara yang dapat membahayakan manusia atau melanggar hak-hak asasi manusia.
Singkatnya, masa depan populasi manusia akan sangat dipengaruhi oleh cara kita menanggapi tantangan dan peluang yang ditawarkan oleh AI. Dengan perencanaan dan tindakan yang bijaksana, kita dapat memastikan bahwa AI digunakan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua orang, alih-alih berkontribusi pada penurunan populasi yang drastis. Kolaps populasi mungkin belum di depan mata, tetapi peringatan sudah berdering, dan saatnya untuk bertindak sekarang. Spilltekno
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran Whatsapp Channel