Spilltekno – Rencana liburan impian yang dibantu kecerdasan buatan (AI) ternyata menyimpan sedikit rasa was-was. Menurut riset terbaru, banyak wisatawan yang merasa agak ngeri soal keamanan data pribadi mereka saat menggunakan AI untuk merencanakan perjalanan. Padahal, AI lagi naik daun banget sebagai asisten perjalanan yang praktis dan efisien.
Soal Keamanan Data, Wisatawan Jadi Mikir-Mikir di Era AI
Survei: Kekhawatiran Soal Data Itu Tinggi Banget!
Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa keamanan data pribadi jadi perhatian utama para pelancong yang pakai AI. Bayangkan, 86% wisatawan yang memanfaatkan AI untuk merencanakan liburan mengaku khawatir soal potensi risiko keamanan data mereka. Hasil ini menunjukkan kalau banyak pengguna yang masih ragu, meski mereka mengakui kemudahan yang ditawarkan teknologi ini.
Lebih jauh lagi, survei itu mengungkap kalau hampir separuh responden (48%) agak ogah memberikan data sensitif ke sistem AI. Sementara itu, 37% lainnya mengaku tetap hati-hati walau gak terlalu khawatir. Cuma sedikit, sekitar 14%, yang merasa benar-benar aman saat berbagi informasi pribadi dengan platform berbasis AI. Angka-angka ini nunjukin kalau kepercayaan soal keamanan data dalam penggunaan AI masih jadi PR besar.
Kenapa Sih Wisatawan Pakai AI Buat Rencanain Liburan?
Meski ada kekhawatiran, AI makin populer aja nih sebagai alat bantu perencanaan perjalanan. Survei yang sama nunjukkin kalau wisatawan pakai AI karena alasan yang masuk akal. Faktor utamanya adalah hemat waktu (73%), yang bikin persiapan perjalanan jadi lebih simpel.
Selain itu, AI juga dipake buat cari info detail soal destinasi wisata (65%) dan nemuin penawaran perjalanan terbaik yang sesuai sama anggaran (63%). Kemampuan AI buat ngasih rekomendasi yang dipersonalisasi berdasarkan preferensi pengguna juga jadi daya tarik tersendiri. Jadi, AI emang nawarin solusi praktis buat perencanaan perjalanan, tapi keamanan data pribadi tetap jadi pertimbangan penting buat para wisatawan.
Kata Ahli: Ada Risiko dan Perlu Waspada!
Info Gak Akurat dan Tautan Abal-abal
Para ahli keamanan siber terus mengingatkan para wisatawan buat gak sepenuhnya percaya sama informasi yang dihasilkan sama chatbot AI. Ada beberapa kasus di mana wisatawan kena masalah gara-gara ngikutin informasi yang gak akurat atau bahkan tautan berbahaya yang dikasih sama sistem AI. Kesalahan informasi ini bisa nyebabin berbagai masalah, mulai dari nyasar sampai jadi korban penipuan online.
“Penting banget buat selalu ngecek kebenaran informasi yang dikasih AI dari sumber yang terpercaya,” kata Dr. Anita Sari, seorang pakar keamanan siber dari Universitas Teknologi Nusantara. “Jangan langsung percaya sama semua yang dibilang AI, apalagi kalau menyangkut detail penting kayak alamat, nomor telepon, atau tautan pembayaran.”
Perbedaan Tingkat Waspada Berdasarkan Usia dan Lokasi
Anak Muda Lebih Hati-Hati
Survei itu juga nunjukkin perbedaan tingkat kewaspadaan soal keamanan data AI berdasarkan usia. Generasi muda (usia 18-34 tahun) cenderung lebih hati-hati dibanding kelompok usia lainnya. Sekitar 52% responden dari kelompok usia ini bilang kalau mereka sangat selektif dalam berbagi data pribadi ke sistem AI. Mungkin ini karena kesadaran yang lebih tinggi soal risiko keamanan siber di kalangan anak muda yang tumbuh besar bareng internet.
Sebaliknya, kelompok usia 55 tahun ke atas nunjukkin tingkat kewaspadaan yang lebih rendah, meski mereka juga tetap mempertimbangkan aspek keamanan. Perbedaan ini nunjukkin perlunya upaya edukasi yang lebih intensif buat ningkatin kesadaran soal keamanan data di semua kelompok usia.
Tingkat Kepercayaan Beda-beda Tiap Negara
Selain perbedaan usia, survei juga nemuin variasi tingkat kepercayaan terhadap keamanan AI berdasarkan lokasi geografis. Wisatawan dari Indonesia, Spanyol, Inggris, Malaysia, dan Afrika Selatan nunjukkin kekhawatiran yang lebih besar soal keamanan AI dibandingin wisatawan dari negara lain. Sebaliknya, responden dari China, Uni Emirat Arab (UEA), dan Arab Saudi kayaknya lebih percaya diri sama keandalan sistem AI.
Perbedaan ini mungkin mencerminkan perbedaan dalam regulasi perlindungan data, tingkat kesadaran keamanan siber, dan budaya digital di berbagai negara. Penting buat penyedia layanan AI buat memahami perbedaan ini dan menyesuaikan pendekatan mereka buat memenuhi kebutuhan dan kekhawatiran pengguna di berbagai wilayah.
Tips: Pakai AI dengan Bijak
Menghadapi kekhawatiran yang ada, para ahli ngerekomendasiin beberapa langkah praktis buat pakai AI dengan bijak dalam perencanaan perjalanan. Pertama, selalu cek kebenaran informasi yang dikasih AI dari sumber yang terpercaya, kayak situs web resmi destinasi wisata, ulasan dari wisatawan lain, atau rekomendasi dari agen perjalanan yang terpercaya.
Kedua, batasi pembagian data pribadi ke sistem AI. Hindari ngasih informasi sensitif kayak nomor kartu kredit, kata sandi, atau informasi identitas pribadi kecuali bener-bener diperlukan. Kalau memungkinkan, pakai fitur anonimisasi data atau layanan VPN buat ngelindungin privasi kamu.
“Hati-hati sama AI itu langkah yang tepat, apalagi kalau menyangkut data pribadi,” kata Vladislav Tushkanov dari Kaspersky AI Technology Research Center. “AI bisa jadi asisten yang hebat, tapi pengguna harus tetap waspada dan cerdas dalam nentuin informasi apa yang boleh dibagi.”
Dengan ngelakuin langkah-langkah pencegahan ini, wisatawan bisa memanfaatkan manfaat AI dalam perencanaan perjalanan sambil meminimalkan risiko keamanan data pribadi. Perkembangan teknologi AI terus berlanjut, dan penting buat para pengguna buat terus ningkatin kesadaran dan kewaspadaan mereka dalam menggunakan teknologi ini secara aman dan bertanggung jawab.
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran WhatsApp Channel