Spilltekno – Final Fantasy 7 Rebirth, game yang sudah bikin penasaran banyak orang, ternyata memicu obrolan seru soal peran kecerdasan buatan (AI) di balik layar pembuatannya. Naoki Hamaguchi, sang sutradara, punya pandangan tegas: sentuhan manusia itu penting banget dalam proses kreatif. Pernyataan ini muncul di saat banyak industri lagi ramai-ramai pakai AI, jadi semacam angin segar buat para gamer yang khawatir AI bakal bikin game kehilangan “jiwa”.
Sentuhan Manusia vs. Algoritma: Final Fantasy 7 Rebirth Pilih yang Mana?
Diskusi soal AI di industri game memang lagi panas. Ada yang bilang AI bisa bikin kerjaan jadi lebih cepat dan efisien, terutama buat tugas-tugas yang berulang. Tapi banyak juga yang takut kalau AI dipakai berlebihan, kreativitas dan keunikan yang selama ini jadi ciri khas game bakal hilang. Nah, Final Fantasy 7 Rebirth, dengan arahan sutradaranya, memilih untuk tetap mengandalkan manusia. Mereka lebih percaya pada intuisi dan kerja sama tim buat menciptakan pengalaman bermain yang tak terlupakan.
Nggak Mau AI Ikut Campur Urusan Kreatif
Naoki Hamaguchi blak-blakan menolak AI dalam urusan kreatif di Final Fantasy 7 Rebirth. Ini bukan cuma soal sentimen, tapi karena dia percaya ada hal-hal yang cuma bisa dilakukan oleh manusia. Menurutnya, AI secanggih apa pun nggak bisa meniru emosi, intuisi, dan pemahaman mendalam yang dimiliki para kreator.
Kenapa Nggak Mau Pakai AI?
Alasan Hamaguchi menolak AI dalam kreativitas itu kompleks. Pertama, dia bilang intuisi itu penting banget saat mengambil keputusan kreatif. Kadang, desainer game memilih sesuatu berdasarkan “feeling” yang sulit diukur atau diprogram ke AI. Kedua, kerja sama tim itu krusial. Sesi brainstorming, diskusi, dan saling memberi masukan antar tim bisa menghasilkan ide-ide inovatif yang sulit didapat kalau AI bekerja sendiri. Ketiga, sentuhan manusia memungkinkan kreator untuk menuangkan emosi dan pengalaman pribadi ke dalam game, sehingga pemain bisa merasakan koneksi yang lebih dalam.
AI Boleh Bantu, Tapi Jangan Gantiin Manusia
Meski nggak mau pakai AI buat urusan kreatif, Hamaguchi mengakui AI bisa jadi alat bantu yang berguna buat bikin pengembangan game lebih efisien. Dia melihat AI sebagai “teman” yang bisa membantu menyelesaikan tugas-tugas membosankan, jadi para kreator bisa fokus ke hal-hal yang lebih menantang dan kreatif. Misalnya, AI bisa dipakai buat cari referensi visual, bikin tekstur, atau otomatisasi pengujian game.
Efisiensi Menurut Hamaguchi
Hamaguchi berpendapat kalau efisiensi dalam pengembangan game itu “topik yang lebih besar dari AI”. Dia yakin ada banyak cara lain buat meningkatkan efisiensi tanpa mengorbankan kreativitas, misalnya dengan mengoptimalkan alur kerja, meningkatkan komunikasi antar tim, dan investasi di teknologi yang tepat. Intinya, fokusnya harus tetap pada memberdayakan para kreator dan memberi mereka sumber daya yang mereka butuhkan buat menghasilkan karya terbaik.
Tantangan Buat Para Kreator
Penolakan Hamaguchi terhadap AI bukan berarti dia meremehkan teknologi. Justru, dia melihat ini sebagai tantangan buat para kreator untuk terus mengasah kemampuan dan melampaui apa yang bisa dihasilkan oleh algoritma. Dia percaya kreator harus berjuang untuk tetap relevan dan membuktikan kalau sentuhan manusia itu tetap tak tergantikan dalam menciptakan karya seni yang bermakna.
Melampaui Kemampuan AI
Buat melampaui AI, kreator harus fokus mengembangkan keterampilan yang sulit ditiru oleh algoritma. Ini termasuk pemikiran kritis, pemecahan masalah, kreativitas, inovasi, komunikasi, kolaborasi, empati, dan pemahaman mendalam tentang budaya dan masyarakat. Dengan menguasai keterampilan ini, kreator bisa menciptakan karya seni yang nggak cuma bagus secara visual, tapi juga bermakna secara sosial dan emosional.
Pernyataan Hamaguchi ini memicu diskusi lebih lanjut di kalangan pengembang game. Ada yang setuju, menekankan bahwa inti dari sebuah game terletak pada kreativitas manusia. Ada juga yang melihat AI sebagai alat yang tak terhindarkan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya produksi. Yang jelas, perdebatan soal peran AI di industri game bakal terus berlanjut seiring perkembangan teknologi.
Sementara itu, Square Enix, perusahaan induk Final Fantasy 7 Rebirth, belum mengeluarkan kebijakan resmi soal penggunaan AI dalam pengembangan game. Tapi, pernyataan Hamaguchi menunjukkan bahwa perusahaan menghargai pandangan para kreatornya dan memberi mereka kebebasan untuk memilih pendekatan yang paling sesuai dengan visi kreatif mereka.
Ke depannya, penting bagi industri game untuk terus mengeksplorasi potensi AI, tapi juga tetap mempertahankan nilai-nilai inti dari kreativitas dan inovasi manusia. Keseimbangan yang tepat antara teknologi dan sentuhan manusia bakal jadi kunci untuk menciptakan pengalaman bermain yang tak terlupakan dan relevan bagi para pemain di seluruh dunia. Dengan terus mendorong batasan kreativitas dan mengasah keterampilan, para kreator manusia bisa membuktikan kalau mereka mampu melampaui apa yang bisa dihasilkan oleh algoritma, memastikan masa depan industri game tetap cerah dan penuh inovasi.
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran WhatsApp Channel





