Spilltekno – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) tengah gencar berupaya membendung tsunami disinformasi yang dipicu oleh kecerdasan buatan (AI). Bayang-bayang penyalahgunaan AI untuk menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, hingga konten manipulatif yang bisa menggerogoti sendi-sendi sosial dan demokrasi, jadi pemicu utama langkah preventif ini.
Pedoman Etika AI: Jurus Jitu Tangkal Disinformasi
Komdigi merasa perlu banget untuk melindungi masyarakat dari efek samping AI. Caranya? Dengan menyusun Pedoman Etika Kecerdasan Artifisial. Anggap saja dokumen ini sebagai kompas moral buat para pengembang dan siapa pun yang berkecimpung di dunia AI di Indonesia.
Komdigi di Balik Layar Pedoman Etika
Komdigi punya peran kunci dalam inisiatif ini. Sebagai benteng terdepan yang mengatur teknologi digital, kementerian ini bertindak sebagai fasilitator dan koordinator buat merumuskan standar etika yang lengkap. Lewat berbagai diskusi publik dan obrolan seru dengan para ahli AI, akademisi, sampai perwakilan industri, Komdigi berusaha mengumpulkan berbagai sudut pandang. Tujuannya jelas, menghasilkan pedoman yang relevan dan bisa diterapkan.
“Penting bagi kita untuk memastikan bahwa perkembangan AI di Indonesia sejalan dengan nilai-nilai luhur bangsa dan tidak mengancam hak-hak masyarakat,” kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Komdigi, Samuel Abrijani Pangerapan, saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (11/2/2025). “Pedoman ini akan menjadi fondasi bagi ekosistem AI yang etis dan bertanggung jawab.”
Apa Sih Tujuan dan Fungsinya?
Pedoman Etika AI ini dirancang sebagai panduan buat berbagai sektor dalam mengembangkan dan menerapkan teknologi AI. Tujuannya sih sederhana, mendorong prinsip kehati-hatian (safeguards) yang ketat. Dengan begitu, potensi risiko disinformasi dan penyalahgunaan lainnya bisa diminimalkan. Harapannya, pedoman ini bisa memicu setiap sektor untuk menyusun standar etika mereka sendiri yang lebih spesifik, sesuai dengan tantangan unik yang mereka hadapi.
Disinformasi AI: Bahaya Mengintai Demokrasi dan Stabilitas
Penyebaran disinformasi lewat platform AI, apalagi yang model deepfake dan konten hasil AI-generated, dianggap ancaman serius buat demokrasi dan stabilitas sosial. Gimana enggak? Kemampuan AI menciptakan konten palsu yang super meyakinkan membuka celah buat manipulasi opini publik, kampanye hitam, sampai polarisasi masyarakat.
Deepfake dan Konten AI-Generated: Senjata Baru Manipulasi
Deepfake, video atau audio palsu yang dibikin pakai teknologi AI, bisa dipakai buat mencemarkan nama baik tokoh publik, memicu konflik, bahkan mengganggu jalannya pemilu. Sementara itu, konten AI-generated, kayak artikel berita atau postingan media sosial yang ditulis AI, bisa menyebarkan informasi yang salah dengan kecepatan dan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ngeri!
Menurut laporan terbaru dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), penggunaan deepfake dalam kampanye disinformasi melonjak drastis dalam dua tahun terakhir. “Deepfake kini jadi senjata ampuh bagi aktor-aktor jahat yang pengen merusak reputasi, mengganggu pemilu, atau bikin kekacauan,” tulis laporan itu.
Program “Quick Wins”: Prioritas Utama Cegah Disinformasi
Menanggapi ancaman yang makin nyata, pemerintah memasukkan upaya pencegahan disinformasi sebagai bagian dari program “Quick Wins” di bidang AI. Program ini dirancang biar bisa kasih hasil yang cepat dan terukur dalam mengatasi masalah-masalah penting yang terkait dengan perkembangan AI.
Siapa yang Tanggung Jawab? Komdigi!
Komdigi ditunjuk sebagai penanggung jawab utama dalam program “Quick Wins” ini. Tugasnya? Mengkoordinasikan berbagai upaya pencegahan disinformasi, mulai dari peningkatan kesadaran masyarakat sampai pengembangan teknologi pendeteksi deepfake.
“Kami akan bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk platform media sosial, perusahaan teknologi, dan organisasi masyarakat sipil, untuk memerangi disinformasi AI,” tegas Direktur Kecerdasan Artifisial dan Ekosistem Teknologi Baru Komdigi, Aju Widya Sari, dalam sebuah seminar nasional tentang AI. “Pencegahan disinformasi adalah prioritas utama kami.”
Disinformasi, Fitnah, dan Ujaran Kebencian: Musuh Bersama yang Diperangi Komdigi
Komdigi menempatkan disinformasi setara dengan fitnah dan ujaran kebencian sebagai ancaman serius yang harus ditangani secara komprehensif. Ketiganya seringkali saling terkait dan bisa menimbulkan efek buruk yang luas bagi masyarakat.
Data Penanganan Konten Negatif: Angka yang Bikin Geleng-Geleng Kepala
Sampai kuartal ketiga tahun 2025, Komdigi sudah menangani lebih dari 1,7 juta konten negatif yang beredar di dunia maya. Dari jumlah itu, ribuan konten teridentifikasi sebagai disinformasi yang disebarkan lewat berbagai platform digital. Isinya macam-macam, dari berita palsu, teori konspirasi, sampai propaganda yang tujuannya menyesatkan masyarakat dan memecah belah persatuan bangsa.
Menurut data internal Komdigi, platform media sosial masih jadi sarang utama penyebaran disinformasi. Lebih dari 60% konten disinformasi yang terdeteksi berasal dari sana. Sementara itu, situs web abal-abal dan aplikasi pesan instan juga ikut menyumbang banyak berita palsu.
Komitmen Pemerintah: Ciptakan Ekosistem AI yang Aman dan Bertanggung Jawab
Pemerintah Indonesia punya komitmen kuat untuk membangun ekosistem AI yang aman, transparan, dan bertanggung jawab. Upaya pencegahan disinformasi adalah bagian penting dari komitmen itu. Pemerintah sadar betul, perkembangan AI harus diimbangi dengan langkah-langkah mitigasi risiko yang efektif. Tujuannya? Biar manfaat teknologi ini bisa dinikmati secara optimal oleh seluruh masyarakat.
Ke depannya, Komdigi akan terus mempererat kerja sama dengan berbagai pihak untuk memerangi disinformasi AI. Selain itu, kementerian ini juga berencana meningkatkan literasi digital masyarakat biar lebih jago membedakan antara fakta dan hoaks. Dengan upaya bersama, diharapkan Indonesia bisa jadi negara yang cerdas dalam memanfaatkan AI, tanpa terjerumus ke dalam jurang disinformasi dan manipulasi. Spilltekno
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran Whatsapp Channel