Efek Windah Basudara: Dari Viral Jadi Malapetaka?
Berkat Windah, Game Upin Ipin Mendadak Ngetop
Spilltekno – Semua bermula dari aksi kocak Windah Basudara. Gaya bicaranya yang khas dan komentar-komentarnya yang bikin ngakak saat main game kartun anak-anak ini sukses menghibur para penonton live streamingnya. Momen-momen lucu saat Windah berinteraksi dengan Upin, Ipin, dan kawan-kawan di Kampung Durian Runtuh langsung viral di media sosial.
Potongan video singkat dari live streaming itu bertebaran di TikTok dan X (dulu Twitter), bikin banyak orang penasaran dan pengen nyobain game-nya. “Awalnya nggak tahu ada game Upin & Ipin. Tapi, gara-gara lihat Bang Windah main, jadi penasaran dan akhirnya ikutan main,” kata Andi, salah satu fans Windah, saat diwawancarai via daring, Rabu (15/11/2023).
Kena Klaim Hak Cipta, Fans Ngamuk
Sayangnya, popularitas Upin & Ipin Universe nggak berjalan mulus. Di tengah euforia, salah satu live streaming Windah Basudara kena klaim hak cipta gara-gara musik yang dipakai di dalam game. Alhasil, video itu jadi nggak bisa dimonetisasi.
Kabar ini langsung bikin fans Windah Basudara berang. Mereka langsung menyerbu akun media sosial pengembang game, Les’ Copaque Production, menuntut penjelasan soal lisensi musik yang digunakan. “Kami kecewa banget sama kejadian ini. Seharusnya pengembang ngurus semua izin dulu sebelum merilis game,” ujar Budi, seorang moderator komunitas fans Windah Basudara. Dari sinilah masalah mulai membesar, dan game yang awalnya dipromosikan oleh komunitas justru kena kritik pedas.
Malaysia Ikutan Boikot, Ada Apa Nih?
Mahal dan Banyak Masalah, Alasan Boikot Menggema
Nggak cuma di Indonesia, Upin & Ipin Universe juga lagi apes di Malaysia. Beberapa gamer Malaysia ikutan menyerukan boikot nggak lama setelah game ini dirilis. Seruan itu ramai di platform X (dulu Twitter) dengan tagar #BoikotLesCopaque dan #BoikotStreamlineMedia.
Alasannya macem-macem, mulai dari harga game yang dianggap terlalu mahal sampai masalah teknis dan isu internal yang kurang transparan. Harga game yang mencapai RM 170 (sekitar Rp 650.000) dianggap nggak sepadan sama kualitasnya. Banyak gamer Malaysia yang bilang kalau harga segitu kemahalan, apalagi game ini kan targetnya anak-anak dan keluarga.
“Harga segitu nggak masuk akal buat game Upin & Ipin. Padahal, kualitasnya masih banyak kurangnya,” keluh seorang gamer Malaysia di X. Selain itu, banyak juga yang ngeluh soal bug dan masalah teknis yang ditemukan saat game ini dirilis. Ini makin memperburuk citra game di mata gamer Malaysia.
Reputasi Anjlok Akibat Boikot
Gerakan boikot ini punya dampak besar buat reputasi Upin & Ipin Universe. Di Steam, rating game ini jadi “Mixed” dengan cuma 49% ulasan positif. Sentimen negatif dari para gamer lokal bikin game yang seharusnya jadi kebanggaan Malaysia ini justru terjerat dalam berbagai masalah.
Data dari SteamDB menunjukkan, jumlah pemain aktif harian Upin & Ipin Universe terus menurun sejak awal rilis. “Ini nunjukkin kalau boikot ini beneran ngaruh ke minat gamer buat mainin game ini,” kata seorang analis game dari lembaga riset pasar di Malaysia.
Tanggapan Les’ Copaque dan Streamline Studios
Menanggapi keluhan dari fans Windah Basudara dan para gamer Malaysia, Les’ Copaque Production dan Streamline Studios akhirnya buka suara. Kedua perusahaan mengakui adanya bug dan masalah hak cipta di dalam game. Mereka nyaranin para streamer buat matiin musik di dalam game dan lagi nyiapin fitur “Mode Streamer” buat mencegah masalah serupa di masa depan.
“Kami sadar ada kekurangan di dalam game ini dan kami berkomitmen buat terus memperbaikinya. Kami juga lagi berusaha buat nyelesaiin masalah hak cipta musik,” kata perwakilan Les’ Copaque Production dalam pernyataan resminya. Selain itu, kedua perusahaan juga janji bakal ngasih kompensasi buat para gamer yang udah beli game ini. Tapi, belum ada info lebih lanjut soal bentuk kompensasinya.
“Kami berharap langkah-langkah ini bisa meredakan kekecewaan para gamer dan ngembaliin kepercayaan mereka ke Upin & Ipin Universe,” kata perwakilan Streamline Studios. Meski begitu, dampak jangka panjang dari masalah ini ke reputasi game dan perusahaan masih belum bisa dipastiin. Kasus ini jadi pelajaran penting buat pengembang game lokal buat lebih merhatiin kualitas produk, isu hak cipta, dan aspirasi para gamer sebelum merilis game ke pasaran. Spilltekno
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran Whatsapp Channel