Spilltekno – Dunia ilmu pengetahuan global tengah dilanda kekhawatiran atas kemungkinan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih. Dampak kebijakan-kebijakannya terhadap sains, kesehatan masyarakat, iklim, dan pendanaan penelitian menjadi perhatian utama. Banyak yang bertanya-tanya, akankah kemajuan ilmiah dan kesehatan global terancam?
Kekhawatiran Para Ilmuwan
Para ilmuwan di seluruh dunia tidak bisa menyembunyikan kegelisahan mereka. Bayang-bayang kebijakan yang dianggap kontraproduktif di masa lalu menghantui. Kekhawatiran utama meliputi potensi penarikan diri AS dari perjanjian internasional penting seperti Perjanjian Iklim Paris. Tindakan ini, seperti yang terjadi di masa lalu, bisa memicu efek domino yang merugikan upaya global mengatasi perubahan iklim.
Selain itu, ada pula kecemasan mengenai nasib organisasi internasional seperti WHO (Organisasi Kesehatan Dunia). Pengurangan atau penghentian pendanaan dari AS, sebagai salah satu kontributor terbesar, akan sangat memengaruhi kemampuan WHO dalam menangani isu-isu kesehatan global, mulai dari pandemi hingga penyakit menular.
Penunjukan kandidat yang memiliki pandangan skeptis terhadap sains untuk posisi-posisi penting di pemerintahan juga menjadi alarm bagi komunitas ilmiah. Pertanyaan besar adalah, bagaimana mungkin sains dan fakta menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan kebijakan jika para pembuat keputusan tidak mempercayainya?
Penunjukan Kontroversial dan Dampaknya
Beberapa nama yang disebut-sebut akan mengisi posisi penting dalam pemerintahan Trump jika ia kembali berkuasa, memicu kontroversi dan kekhawatiran. Robert F. Kennedy Jr., dengan pandangannya yang skeptis terhadap vaksin, disebut-sebut sebagai kandidat untuk memimpin Department of Health and Human Services. Penunjukan ini mengkhawatirkan banyak pihak, mengingat peran penting departemen ini dalam penelitian medis dan keamanan pangan.
Jay Bhattacharya, seorang kritikus kebijakan karantina wilayah selama pandemi COVID-19, dipertimbangkan untuk memimpin National Institutes of Health (NIH). NIH merupakan lembaga pendanaan penelitian biomedis terbesar di dunia, dan pandangan Bhattacharya tentang pandemi menimbulkan pertanyaan tentang arah penelitian di masa depan.
Nama lain yang menimbulkan kekhawatiran adalah Lee Zeldin, yang dinominasikan sebagai direktur Environmental Protection Agency (EPA). Rekam jejak Zeldin di bidang lingkungan dianggap kurang memuaskan, dan banyak pihak khawatir penunjukannya akan melemahkan perlindungan lingkungan di AS.
Upaya Melindungi Sains
Menghadapi ancaman yang dirasakan, berbagai organisasi mengambil tindakan untuk melindungi sains dan memastikan bahwa fakta tetap menjadi landasan kebijakan publik. Union for Concerned Scientists, sebuah organisasi nirlaba di AS, menerbitkan dua surat terbuka yang bertujuan untuk menggalang dukungan bagi sains menjelang potensi pelantikan Trump.
Surat pertama, yang ditandatangani oleh lebih dari 50 ribu pendukung sains, ilmuwan, dan pakar, menyerukan kepada Kongres untuk menentang upaya politisasi atau penghilangan peran, lembaga, dan penelitian federal ilmiah yang melindungi kesehatan, lingkungan, dan masyarakat.
Surat kedua ditujukan kepada 99 senator, beberapa di antaranya memiliki peran dalam konfirmasi calon lembaga federal Trump, atas nama 28 organisasi yang mendukung integritas ilmiah. Surat itu meminta mereka untuk mempertimbangkan rasa hormat terhadap sains dalam proses konfirmasi.
Penentangan Terhadap Pengukuhan
Proses pengukuhan calon-calon untuk posisi-posisi penting di pemerintahan Trump diperkirakan akan menghadapi perlawanan sengit. Sidang pengukuhan untuk Lee Zeldin sebagai administrator Environmental Protection Agency (EPA), misalnya, sudah menuai kritik keras dari para aktivis lingkungan.
Kelompok-kelompok lingkungan menyoroti rekam jejak Zeldin yang dianggap merugikan lingkungan. Mereka berpendapat bahwa pengangkatannya akan mengancam standar udara bersih dan air bersih, serta menghambat upaya mitigasi perubahan iklim.
Kekhawatiran Ilmiah Terhadap Nominasi NIH
Pemilihan Jay Bhattacharya untuk memimpin NIH, lembaga pendanaan penelitian biomedis terbesar di dunia, juga menuai kritik tajam dari komunitas ilmiah. Pandangan Bhattacharya yang kontroversial tentang pandemi COVID-19 menjadi sumber utama kekhawatiran.
Bhattacharya dikenal sebagai salah satu tokoh yang vokal menentang kebijakan karantina wilayah selama pandemi. Ia menyerukan strategi alternatif yang berfokus pada perlindungan kelompok yang paling rentan sambil membiarkan kelompok yang berisiko minimal untuk “menjalani hidup secara normal untuk membangun kekebalan.” Pandangannya ini menuai kritik dan tuduhan bahwa ia meremehkan bahaya virus COVID-19.
Para ilmuwan khawatir bahwa pandangan Bhattacharya tentang pandemi dapat memengaruhi arah pendanaan penelitian di NIH, serta mengganggu upaya penanggulangan pandemi di masa depan.
Potensi Hilangnya Peran AS di Panggung Dunia
Lebih dari sekadar kebijakan domestik, para ilmuwan juga khawatir tentang potensi hilangnya peran AS di panggung dunia dalam bidang sains dan kesehatan. Secara khusus, potensi penarikan diri AS dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menjadi sumber kekhawatiran yang besar.
AS merupakan negara donor utama WHO, yang telah menyumbang USD 1.284 miliar selama periode dua tahun dari 2022-2023. Penarikan diri AS dari WHO akan berdampak besar pada kemampuan organisasi tersebut dalam menangani isu-isu kesehatan global, mulai dari pandemi hingga penyakit menular.
Selain itu, para ilmuwan khawatir bahwa hilangnya keahlian dan pendanaan AS dari kolaborasi ilmiah global akan merugikan upaya untuk mengatasi tantangan-tantangan global seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, dan pengembangan teknologi baru. Jika AS menarik diri dan mengurangi investasi dalam sains, hal itu bisa membuka celah bagi negara-negara lain untuk mengambil peran kepemimpinan, dan Amerika Serikat akan kehilangan posisinya di garis depan kemajuan ilmiah. Spilltekno
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran Whatsapp Channel