Dalam dunia sepeda gunung, pemahaman tentang bagaimana roda gigi berfungsi memegang peranan sentral. Roda gigi merupakan komponen utama yang mengatur perbandingan antara kecepatan pedal dan pergerakan roda belakang. Artikel ini mengupas detail kompleksitas rasio roda gigi pada sepeda gunung, dari kombinasi sprocket yang digunakan hingga perhitungan persneling yang memungkinkan pengendara untuk mengatasi berbagai kemiringan dengan kecepatan konstan. Dengan berbagai rasio roda gigi yang tersedia, pengendara dapat memilih persneling yang sesuai dengan medan yang dihadapi, seperti tanjakan curam atau jalan datar. Bagaimana sepeda gunung dengan 27 kecepatan menghadirkan opsi rasio yang mendukung pengendara dalam mengatasi tantangan berbeda juga menjadi fokus dalam artikel ini. Dengan pemahaman yang baik tentang persneling dan rasio roda gigi, pengendara dapat lebih efektif memanfaatkan sepeda gunungnya, membangun momentum, dan meraih kecepatan optimal sesuai dengan kondisi lintasan.
Roda gigi di sepeda gunung terus bertambah dan lebih rumit. Sepeda hari ini memiliki banyak sebagai 27 rasio roda gigi. Sebuah sepeda gunung akan menggunakan suatu kombinasi dari tiga sprocket dengan ukuran berbeda depan dan sembilan di belakang untuk menghasilkan rasio roda gigi.
Gagasan di balik semua persneling ini adalah untuk memungkinkan pengendara untuk mengengkol pedal dengan kecepatan konstan tidak peduli apa jenis kemiringan sepeda itu. Kamu bisa memahami ini lebih baik dengan membayangkan sepeda dengan hanya satu roda gigi. Setiap kali Anda memutar pedal satu putaran, roda belakang akan berputar satu putaran juga (rasio 1:1).
Dengan persneling sebesar 1:1 dan roda belakang berdiameter 26 inci, satu putaran pedal akan menghasilkan roda yang menutupi 81,6 inci tanah. Sepeda dapat mengayuh pada kecepatan 50 RPM dengan kecepatan hanya 3,8 MPH, atau persamaan kecepatan berjalan, dan dapat menempuh jarak lebih dari 340 kaki tanah per menit. Ini tidak cocok untuk mendaki bukit yang curam, tetapi tanahnya buruk dan akan turun.