Spilltekno – Ubisoft, sang raksasa game, dikabarkan telah mengubur dalam-dalam satu proyek Assassin’s Creed yang berlatar belakang Perang Saudara Amerika. Kabarnya, keputusan ini dipicu oleh kekhawatiran tentang suasana politik yang lagi panas di Amerika Serikat. Keputusan itu bikin para pengembang yang terlibat kecewa berat, mereka merasa kreativitas dan keberanian dalam bercerita jadi dibatasi.
Kenapa Assassin’s Creed Era Civil War Dibatalkan?
Menurut sumber orang dalam Ubisoft, proyek Assassin’s Creed yang dicoret ini rencananya bakal menyajikan pengalaman main yang beda dari seri sebelumnya. Latar waktunya adalah era Rekonstruksi pasca-Perang Saudara Amerika. Bayangin aja, tokoh utamanya seorang mantan budak kulit hitam yang berjuang buat keadilan di tengah masyarakat yang masih terpecah belah. Keren kan idenya?
Efek Buruk Reaksi Netizen Soal Yasuke di Assassin’s Creed Shadows
Salah satu faktor yang bikin Ubisoft mikir dua kali adalah reaksi negatif, bahkan rasis, setelah mereka mengumumkan karakter Yasuke, seorang samurai kulit hitam, di game Assassin’s Creed Shadows. Respon yang heboh itu kayaknya jadi pertimbangan penting buat manajemen Ubisoft. Mereka jadi ngeri kalau sampai meluncurkan game dengan tema yang lebih sensitif lagi.
AS Memanas, Ubisoft Jadi Was-Was
Alasan utamanya sih, manajemen Ubisoft di Paris khawatir banget sama situasi politik di Amerika Serikat yang dianggap lagi nggak karuan. Seorang sumber internal bilang, game dengan tema Civil War itu dianggap “terlalu politis di negara yang terlalu nggak stabil.” Wah, nggak main-main ya pertimbangannya. Polarisasi politik yang tinggi di AS bisa memicu kontroversi yang malah bikin nama perusahaan jelek dan penjualan game jadi turun.
Kekecewaan Mendalam di Kalangan Pengembang
Pembatalan proyek Assassin’s Creed Civil War ini bikin gelombang kekecewaan di antara para pengembang. Banyak yang ngerasa manajemen terlalu hati-hati dan kurang berani ambil risiko dalam berkreativitas.
“Gue kecewa banget, tapi nggak kaget juga sama keputusan pimpinan (Ubisoft). Mereka makin sering ngambil keputusan buat pertahanin ‘status quo’ politik dan nggak mau ambil sikap, nggak ada risiko, bahkan nggak ada kreativitas,” kata seorang sumber seperti dilansir dari laporan Game File. Dia nambahin, pembatalan ini ngasih sinyal buruk ke para pengembang, bikin ambisi mereka buat bikin karya inovatif dan bermakna jadi terbatas.
Sumber lain juga bilang, “Keputusan pimpinan itu pengaruh banget sama ambisi dan motivasi kreatif pengembang.” Ini nunjukkin kalau pembatalan proyek dengan potensi cerita yang kuat bisa nurunin semangat para pengembang buat bikin karya yang berani dan relevan sama isu sosial.
Dampak Pembatalan dan Diskusi di Kalangan Industri
Pembatalan Assassin’s Creed Civil War ini memicu perdebatan panas soal batasan antara hiburan, sejarah, dan politik di industri game. Muncul pertanyaan, apakah Ubisoft udah bertindak bijak buat ngelindungin kepentingan bisnisnya, atau malah nyia-nyiain kesempatan emas buat nyajiin cerita yang penting dan berdampak?
Di satu sisi, keputusan buat ngehindarin tema yang sensitif secara politik bisa dimaklumin sebagai upaya buat minimalkan risiko kontroversi dan jagain reputasi perusahaan. Industri game, yang makin global dan gampang kena reaksi publik, seringkali harus mikirin dampak politik dari konten yang mereka bikin.
Tapi, di sisi lain, pembatalan proyek dengan potensi cerita yang kuat bisa dilihat sebagai kehilangan kesempatan buat nyajiin sudut pandang yang beda dan ngajak diskusi soal isu-isu penting. Game, sebagai media yang interaktif dan imersif, punya potensi besar buat pengaruhi pemikiran dan pandangan masyarakat soal sejarah dan isu sosial.
Menurut data terbaru dari Statista, pasar video game global diperkirakan nilainya bisa sampai 347 miliar dolar AS di tahun 2027. Industri yang nilainya segede ini tentu punya tanggung jawab buat nyajiin konten yang beragam dan relevan, sambil tetep mikirin sensitivitas politik dan sosial yang ada.
Dampak pembatalan proyek ini buat Ubisoft sendiri masih belum jelas. Perusahaan belum ngasih pernyataan resmi soal alasan pembatalan dan rencana mereka selanjutnya. Tapi, kejadian ini nunjukkin tantangan yang dihadapi industri game dalam ngadepin lanskap politik yang makin kompleks dan terpolarisasi.
Sementara itu, para pengamat industri berspekulasi kalau Ubisoft mungkin bakal ngalihin fokus mereka ke proyek-proyek Assassin’s Creed yang lebih aman dan ngehindarin tema-tema yang berpotensi bikin kontroversi. Kata mereka, ini bisa bikin seri Assassin’s Creed kehilangan inovasi dan daya tariknya di mata para penggemar.
Tapi, ada juga yang berpendapat kalau Ubisoft bisa manfaatin pengalaman ini buat belajar dan ngembangin pendekatan yang lebih bijak dalam nangani isu-isu sensitif di masa depan. Kuncinya adalah nemuin keseimbangan antara kreativitas, keberanian, dan tanggung jawab sosial dalam bikin game yang menghibur dan bermakna.
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran WhatsApp Channel