Spilltekno – TikTok kabarnya bakal memangkas ratusan karyawan di Inggris. Penyebabnya? Platform video pendek ini makin getol memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk mengawasi konten. Perubahan ini bikin serikat pekerja khawatir soal keamanan pengguna. Sementara, TikTok sendiri berdalih AI justru meringankan beban psikologis stafnya.
Mengapa TikTok Memangkas Karyawan?
AI Makin Jago Moderasi Konten
TikTok tampaknya serius merampingkan tim, terutama di divisi kepercayaan dan keamanan. Langkah ini dipicu oleh AI yang makin pintar mendeteksi dan menindak konten yang melanggar aturan komunitas. Sekarang, AI bisa menganalisis gambar, video, dan teks lebih dalam untuk menemukan ujaran kebencian, hoaks, dan konten berbahaya lainnya.
“Ini langkah strategis untuk bikin moderasi konten kami lebih efisien dan efektif,” kata juru bicara TikTok dalam pernyataan resmi, Senin (25/08/2025). “Kami berkomitmen menciptakan lingkungan yang aman dan positif buat semua pengguna.”
Restrukturisasi Global Perusahaan
Selain soal AI, TikTok juga lagi menjalankan program restrukturisasi global. Tujuannya biar operasional lebih sederhana dan sumber daya terkonsolidasi. Artinya, beberapa fungsi dan departemen digabung, yang bikin beberapa posisi jadi tumpang tindih. Pemangkasan di Inggris hanyalah bagian dari usaha yang lebih besar untuk memangkas biaya dan bikin perusahaan lebih kompetitif di pasar global. “Restrukturisasi ini penting untuk memastikan bisnis kami tetap jalan di masa depan,” imbuh sang juru bicara.
Apa Dampak Pemangkasan Ini?
Kekhawatiran Serikat Pekerja
Keputusan TikTok ini langsung dapat kritik dari serikat pekerja yang mewakili karyawan yang kena imbas. Mereka khawatir pengurangan tenaga manusia dalam moderasi konten bisa membahayakan jutaan pengguna platform. Serikat pekerja berpendapat, secanggih apapun, AI belum bisa sepenuhnya menggantikan penilaian dan intuisi manusia, apalagi dalam kasus yang kompleks atau ambigu. “Kami sangat prihatin dengan potensi dampak negatif dari pemangkasan ini terhadap keselamatan pengguna,” kata perwakilan serikat pekerja. “Moderasi konten yang efektif butuh kombinasi antara teknologi dan keahlian manusia.”
TikTok Klaim Staf Lebih Santai
Di sisi lain, TikTok berpendapat bahwa AI justru membawa manfaat positif bagi staf. Perusahaan mengklaim AI membantu mengurangi tekanan psikologis yang dialami moderator manusia, yang seringkali harus berurusan dengan konten yang mengerikan. Dengan AI yang menangani sebagian besar konten berbahaya, para moderator bisa fokus pada kasus yang lebih kompleks dan butuh pertimbangan lebih dalam. “Kami percaya AI bisa membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi tim moderasi konten kami,” jelas juru bicara TikTok. Menurut data internal perusahaan, jumlah video kekerasan atau menyedihkan yang ditinjau karyawan turun hingga 60 persen sejak AI diterapkan.
Seberapa Efektif AI dalam Moderasi Konten?
Statistik Penghapusan Konten oleh AI
TikTok mengklaim AI sudah sangat efektif mendeteksi dan menghapus konten yang melanggar kebijakan platform. Lebih dari 85 persen video yang dihapus karena melanggar kebijakan terdeteksi oleh alat otomatis. Ini nunjukin AI bisa bekerja dengan akurasi tinggi dan mengurangi ketergantungan pada manusia. Tapi, para ahli keamanan online mengingatkan bahwa AI tidak sempurna dan masih bisa salah, terutama dalam mengidentifikasi konten yang mengandung sarkasme, ironi, atau konteks budaya yang kompleks.
Moderasi Proaktif Konten Bermasalah
Salah satu keunggulan AI adalah kemampuannya untuk melakukan moderasi proaktif, yaitu mendeteksi dan menghapus konten bermasalah sebelum dilaporkan pengguna. TikTok mengklaim 99 persen konten yang melanggar kebijakan platform dihapus secara proaktif oleh alat otomatis. Ini nunjukin AI efektif mencegah penyebaran konten berbahaya dan menciptakan lingkungan online yang lebih aman. Namun, kritikus berpendapat bahwa moderasi proaktif juga bisa menimbulkan risiko penyensoran berlebihan, di mana konten yang sah atau tidak berbahaya malah kena tandai dan dihapus oleh sistem AI.
Kaitan dengan Undang-Undang Keamanan Daring Inggris
Perubahan strategi TikTok ini terjadi bersamaan dengan Undang-Undang Keamanan Daring Inggris yang baru. Undang-undang ini mewajibkan platform media sosial untuk mengambil langkah lebih kuat melindungi pengguna dari konten berbahaya, termasuk ujaran kebencian, hoaks, dan pelecehan online. Platform yang gagal memenuhi kewajiban ini bisa kena denda besar. Langkah TikTok meningkatkan penggunaan AI bisa dilihat sebagai upaya mematuhi Undang-Undang Keamanan Daring Inggris dan menghindari potensi hukuman. Namun, undang-undang ini juga menyoroti pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan AI, serta perlunya pengawasan yang efektif untuk memastikan hak-hak pengguna tetap terlindungi.
TikTok Merajai Indonesia (Info Tambahan)
Survei APJII: TikTok Media Sosial Paling Populer di Indonesia
Terlepas dari masalah di Inggris, TikTok terus tumbuh pesat di pasar global, termasuk di Indonesia. Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), TikTok jadi media sosial yang paling sering digunakan masyarakat Indonesia pada 2025, dengan persentase 35,17 persen. Angka ini naik signifikan dibanding tahun sebelumnya, di mana TikTok hanya dapat 18,61 persen. Dominasi TikTok di Indonesia nunjukin daya tarik platform ini di kalangan anak muda dan potensinya sebagai platform pemasaran yang efektif bagi bisnis dan merek. Tapi, popularitas TikTok juga menimbulkan tantangan terkait regulasi konten dan perlindungan data pribadi pengguna di Indonesia.
Masa depan moderasi konten di TikTok, dan platform media sosial lainnya, kemungkinan besar bakal melibatkan kombinasi antara AI dan campur tangan manusia. Sementara AI bisa menangani sebagian besar konten yang melanggar kebijakan, para moderator manusia tetap penting untuk menangani kasus yang lebih kompleks dan butuh pertimbangan lebih mendalam. Keseimbangan yang pas antara teknologi dan keahlian manusia bakal jadi kunci untuk menciptakan lingkungan online yang aman, positif, dan inklusif bagi semua pengguna. Spilltekno
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran Whatsapp Channel