Spilltekno – Perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI) di seluruh dunia jadi alarm buat Indonesia untuk segera berbenah. Ada dua hal mendesak yang perlu jadi fokus: menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dan memperkuat keamanan dunia maya yang rentan diserang. Momen ini jadi panggilan bagi pemerintah, pelaku industri, dan akademisi untuk bahu-membahu merumuskan strategi yang matang dan berkelanjutan. Kalau sampai gagal mengantisipasi gelombang AI ini, bukan cuma daya saing bangsa yang terancam, tapi juga keamanan negara.
Tantangan Era AI: Bukan Cuma Soal Teknologi
AI Itu Kompleks, Dampaknya Juga Macam-Macam
Adopsi AI yang makin ngebut ini menghadirkan tantangan yang nggak sederhana buat Indonesia. Di satu sisi, AI punya potensi besar untuk mendongkrak efisiensi di berbagai sektor, dari pabrik sampai layanan kesehatan. Tapi, di sisi lain, AI juga memunculkan risiko, seperti potensi hilangnya pekerjaan karena digantikan mesin, bias algoritma yang bisa memperlebar kesenjangan, dan ancaman siber yang makin canggih.
“AI itu kayak pedang bermata dua. Ada dampak positifnya yang besar, tapi ada juga risiko yang perlu kita kelola dengan baik,” ujar Harun Al Rasyid, pakar keamanan siber, dalam sebuah diskusi belum lama ini.
Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan bahwa Indonesia masih kekurangan talenta digital yang siap bersaing di era AI. Kurangnya investasi di bidang pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan industri memperparah masalah ini. Selain itu, infrastruktur digital di Indonesia juga belum merata, terutama di daerah-daerah terpencil, yang menghambat pemanfaatan AI secara nasional.
Industri dan Pemerintah Harus Kerja Sama
Kolaborasi dan Kebijakan Jadi Kunci
Menghadapi tantangan ini, industri IT di Indonesia dituntut untuk lebih proaktif menciptakan solusi inovatif dan menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak. Dukungan dari pemerintah, dalam bentuk kebijakan yang jelas dan panduan operasional yang mudah dipahami, juga sangat dibutuhkan. Sementara itu, akademisi punya peran penting dalam menyiapkan SDM yang kompeten melalui kurikulum yang relevan dan program pelatihan yang adaptif.
“Kuncinya ada di kolaborasi. Pemerintah, industri, dan akademisi harus bersatu menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan dan penerapan AI yang bertanggung jawab,” kata Rektor Universitas Teknologi Nusantara, Prof. Dr. Ani Kusuma, dalam kesempatan terpisah.
Selain itu, keamanan siber juga menjadi isu yang semakin mendesak di era AI. Serangan siber yang memanfaatkan teknologi AI bisa jadi sangat canggih dan sulit dideteksi. Oleh karena itu, Indonesia perlu memperkuat sistem pertahanan sibernya dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko yang terkait dengan penggunaan AI.
ISACA Indonesia Chapter Gelar GRACS IPSS 2025
Bangun Ekosistem Digital yang Aman dan Terpercaya
Sebagai upaya mempercepat kesiapan Indonesia menghadapi era AI, Information Systems Audit and Control Association (ISACA) Indonesia Chapter akan menggelar GRACS IPSS 2025, sebuah kolaborasi antara dua konferensi IT bergengsi: Governance Risk Management, Assurance & Cyber Security Summit (GRACS) dan Indonesia Privacy & Security Summit (IPSS). Acara ini akan menjadi ajang pertemuan para pemimpin industri, praktisi, regulator, dan akademisi untuk membahas berbagai isu penting terkait tata kelola, risiko, keamanan siber, dan privasi data di era AI.
“Kami percaya bahwa kolaborasi adalah kunci untuk membangun ekosistem digital yang aman dan terpercaya. GRACS IPSS 2025 akan menjadi platform yang ideal bagi para pemangku kepentingan untuk bertukar pengetahuan, berbagi pengalaman, dan merumuskan solusi bersama,” ujar Ketua Panitia GRACS IPSS 2025, Budi Santoso.
Acara yang rencananya akan diadakan pada kuartal keempat tahun 2025 ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan industri IT di Indonesia dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan siber dan privasi data.
Fokus ke Tata Kelola TI, Manajemen Risiko, dan Keamanan Siber
Adopsi Kerangka Kerja Manajemen ISACA dan Pengembangan SDM
GRACS IPSS 2025 akan menyajikan wawasan mendalam tentang tata kelola TI, manajemen risiko, jaminan, keamanan siber, dan privasi data. Para peserta akan mendapatkan kesempatan untuk belajar dari para ahli, berbagi praktik terbaik, dan menjalin koneksi dengan profesional lainnya. Salah satu fokus utama acara ini adalah mendorong penerapan kerangka kerja manajemen dari ISACA secara lengkap dan menyiapkan SDM yang kompeten melalui berbagai program sertifikasi.
“Kami mendorong industri untuk mengadopsi kerangka kerja manajemen dari ISACA secara lengkap dan menyiapkan SDM yang kompeten melalui berbagai program sertifikasi,” jelas Harun Al Rasyid, Presiden ISACA Indonesia Chapter.
Diperkirakan lebih dari 500 peserta dari berbagai kalangan akan hadir di GRACS IPSS 2025. Acara ini akan menampilkan berbagai sesi presentasi, diskusi panel, workshop, dan pameran yang membahas berbagai topik terkait tata kelola TI, manajemen risiko, keamanan siber, dan privasi data. Selain itu, akan ada juga sesi khusus yang didedikasikan untuk membahas isu-isu terkait AI.
Beberapa perusahaan teknologi bahkan sudah mulai mengalokasikan dana khusus untuk pelatihan karyawan di bidang AI dan keamanan siber. “Kami sadar bahwa investasi pada SDM adalah kunci untuk tetap relevan di era digital ini,” kata Direktur Utama PT Inovasi Digital Nusantara, Dewi Lestari.
Dengan adanya inisiatif seperti GRACS IPSS 2025 dan peningkatan kesadaran dari berbagai pihak, diharapkan Indonesia bisa lebih siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh era AI. Tapi, kerja keras dan komitmen yang berkelanjutan dari semua pihak tetap dibutuhkan untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai negara yang berdaya saing di era digital.
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran WhatsApp Channel





