Spilltekno – 
Pernah nggak sih kamu merasa ikut ngeri saat lihat orang lain kesakitan? Misalnya, pas lihat adegan di film atau bahkan kejadian di jalan? Ternyata, ada lho penjelasan ilmiah kenapa kita bisa begitu. Otak kita punya cara unik buat merespon penderitaan orang lain yang kita lihat.
Kenapa Kita Ikutan Ngeri? Ini Kata Ilmuwan
Fenomena ikut meringis atau tanpa sadar memegang bagian tubuh yang sama dengan orang yang terluka itu bukan cuma perasaan kita saja. Ada alasan ilmiahnya! Para ilmuwan sekarang lagi berusaha mengungkap bagaimana otak kita bisa begitu empatinya, sampai-sampai kita seolah ikut merasakan sakitnya orang lain.
Penelitian terbaru menunjukkan, otak kita nggak cuma merekam adegan menyakitkan itu sebagai tontonan. Lebih dari itu, otak juga mengaktifkan area yang biasa dipakai buat merasakan sentuhan. Jadi, kayak ada simulasi rasa sakit di dalam kepala kita! Penemuan ini bantu kita lebih paham, gimana sih otak kita terhubung dengan orang lain dan bagaimana empati itu bekerja di level saraf.
Otak Kita Lagi “Niru-Niru” Sensasi Fisik
Kunci dari semua ini adalah kemampuan otak kita buat meniru pengalaman orang lain. Bayangin deh, pas lihat teman kepleset, kejedot, atau bahkan cuma dikelitikin, otak kita langsung nyalain area yang sama kayak kalau kita yang ngalamin itu.
“Ketika kamu lihat orang lain ketusuk, jatuh, atau dikelitikin, bagian otak yang memproses sentuhan ikut nyala sesuai dengan bagian tubuh yang kelihatan,” jelas Dr. Arya Pratama, seorang ahli saraf yang mendalami soal ini. Jadi, simulasi ini bikin kita bisa merasakan, setidaknya sebagian, apa yang dirasakan orang lain. Makanya, kita jadi punya respons empati yang kuat.
Nggak cuma itu aja, Dr. Arya juga bilang, otak kita juga bisa mensimulasikan emosi yang terkait dengan kejadian itu. Jadi, kita bisa ikut sedih, takut, atau bahkan jijik, tergantung apa yang dialami orang lain. Kemampuan ini, yang sering disebut “empati kognitif,” penting banget buat membangun hubungan sosial yang baik dan memahami sudut pandang orang lain.
Uji Coba Pakai Pemindaian Otak, Gimana Hasilnya?
Buat ngebuktiin teori ini, para peneliti ngadain serangkaian uji coba. Mereka ngajak relawan buat nonton berbagai video, mulai dari adegan kecelakaan sampai adegan yang bikin geli. Nah, selama video diputar, aktivitas otak para relawan dipantau pakai alat MRI (Magnetic Resonance Imaging). Jadi, keliatan banget gimana otak mereka merespons tiap adegan.
Hasilnya? Area otak yang berhubungan sama sentuhan dan emosi memang aktif pas relawan nonton adegan-adegan menyakitkan. Lebih menarik lagi, tingkat aktivitasnya beda-beda, tergantung seberapa parah lukanya dan seberapa dekat hubungan emosional antara relawan dan orang yang terluka. Semakin parah dan semakin dekat, semakin tinggi juga aktivitas di area otak yang terkait sama empati.
Koneksi Erat Antara Mata dan Sentuhan di Otak
Penelitian ini juga nunjukkin betapa deketnya hubungan antara sistem visual (penglihatan) dan sistem sentuhan di otak. Ternyata, sistem visual nggak cuma ngirim informasi soal apa yang kita lihat, tapi juga memetakan informasi itu ke area otak yang memproses sentuhan. Jadi, otak kayak bikin representasi visual dari tubuh dan menghubungkannya sama sensasi fisik yang terkait.
“Bagian dorsal sistem visual memetakan area tertentu di layar ke bagian tubuh tertentu,” kata Dr. Arya. “Misalnya, bagian otak yang berhubungan sama wajah lebih responsif di area atas layar, sementara bagian yang terhubung sama kaki lebih aktif pas adegan muncul di area bawah layar.” Pemetaan ini bikin otak bisa mensimulasikan sensasi fisik yang dialami orang lain dengan lebih akurat.
Selain itu, bagian ventral sistem visual juga penting. Bagian ini menyesuaikan aktivitasnya dengan bagian tubuh yang lagi dilihat, nggak peduli posisinya di layar. Jadi, kalau ada yang lihat tangan terluka di film, bagian otak yang ngurusin tangan ikut aktif, meskipun tangannya ada di tengah atau atas layar. Intinya, otak lebih mentingin informasi tubuh daripada cuma posisi visual.
Apa Manfaatnya Buat Kita Sehari-hari?
Koneksi erat antara mata dan sentuhan ini punya pengaruh besar dalam hidup kita. Kemampuan buat meniru pengalaman orang lain bikin kita lebih gampang memahami emosi mereka, memprediksi tindakan mereka, dan merespons dengan tepat. Empati ini penting banget buat membangun hubungan sosial, kerja sama tim, dan menyelesaikan masalah.
Selain itu, kemampuan mensimulasikan sensasi fisik juga bantu kita di situasi berbahaya. Misalnya, pas lihat orang kepleset di es, otak kita langsung mensimulasikan sensasi kepleset, jadi kita bisa lebih hati-hati dan nggak ikutan celaka. “Ini mekanisme pertahanan yang penting banget dan udah berkembang selama ribuan tahun,” kata Dr. Arya.
Bisa Bantu Pahami Kondisi Otak Tertentu
Penelitian ini juga membuka jalan buat memahami kondisi neurologis tertentu, kayak autisme. Ada teori yang bilang, kemampuan buat “mensimulasikan” pengalaman orang lain itu penting buat empati dan interaksi sosial. Kalau proses ini beda di otak orang autis, penelitian dengan metode nonton film bisa jadi cara yang lebih nyaman buat mempelajari cara kerja otak mereka.
“Metode ini jauh lebih nyaman daripada tes sensorik tradisional yang bikin capek, terutama buat anak-anak atau orang yang sensitif,” jelas Dr. Arya. Penelitian lebih lanjut soal gimana otak orang autis memproses adegan menyakitkan bisa bantu kita ngembangin strategi yang lebih efektif buat meningkatkan kemampuan sosial dan emosional mereka.
Intinya, Otak Kita Itu Keren Banget!
Kesimpulannya, penelitian ini nunjukkin prinsip dasar baru tentang cara otak manusia bekerja. Otak nggak cuma misahin antara melihat dan merasakan, tapi justru menghubungkan keduanya buat bantu kita memahami apa yang terjadi sama orang lain. Penelitian ini kasih kita wawasan berharga soal empati dan pengaruhnya dalam hidup kita, termasuk buat memahami kondisi neurologis. Semoga ke depannya, para ilmuwan bisa terus mengungkap misteri otak dan mengembangkan cara yang lebih baik buat meningkatkan kemampuan sosial dan emosional kita.
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran WhatsApp Channel





