Spilltekno – Vine, si aplikasi video pendek yang sempat hits banget beberapa tahun lalu, comeback nih dengan nama diVine! Kali ini, Jack Dorsey, salah satu pendiri Twitter, ikut turun tangan mendukung. Yang bikin beda, diVine fokus banget sama konten asli buatan manusia, bukan hasil karya kecerdasan buatan alias AI. Bahkan, ada aturan baru yang cukup unik: dilarang keras pakai konten yang dibuat sama AI!
Kembalinya diVine: Nostalgia Plus Hal Baru
Vine Reborn: Lebih Segar dan Beda!
Setelah lama menghilang, Vine kini hadir lagi dengan nama diVine. Aplikasi yang dulu sempat jadi idola ini, coba membangkitkan kenangan manis para penggunanya sambil nawarin wadah baru buat para kreator konten. Dengan dukungan dana dari Jack Dorsey, diVine menjanjikan pengalaman yang beda banget dari platform media sosial lain yang sekarang isinya konten dari algoritma semua. Kembalinya diVine ini bagaikan oase di gurun pasir buat kita yang kangen sama video pendek yang kreatif dan spontan.
“Ini kesempatan emas buat bangun lagi komunitas kreatif yang sempat hilang,” kata orang dalam di proyek diVine, Rabu (13/11/2025). “Kami pengen bikin tempat di mana kreativitas manusia itu yang paling dihargai.”
Arsip Video Diselamatkan: Kenangan Tak Terlupakan
Salah satu daya tarik utama diVine adalah adanya arsip video Vine lama. Kabarnya, ada sekitar 100 ribu video lawas yang berhasil diselamatkan dari arsip sebelum layanan ini ditutup tahun 2016 lalu. Usaha penyelamatan ini dilakukan sama Archive Team, komunitas yang fokus melestarikan konten internet. Video-video ini jadi semacam kapsul waktu, ngingetin kita semua sama momen-momen lucu dan kreatif yang dulu sempat viral di platform ini.
Keberadaan arsip video lama ini bukan sekadar nostalgia lho. Lebih dari itu, ini bukti nyata komitmen diVine buat menghargai sejarah dan kontribusi para kreator konten yang pernah meramaikan Vine.
Evan “Rabble” Henshaw-Plath: Pahlawan di Balik Layar
Di balik kebangkitan diVine, ada nama Evan “Rabble” Henshaw-Plath, mantan karyawan Twitter yang sekarang terlibat di organisasi nirlaba milik Dorsey. Henshaw-Plath punya peran penting banget dalam proses pemulihan dan ekstraksi video-video lama. Dia rela ngabisin waktu berbulan-bulan buat bikin skrip big data, mempelajari struktur file, dan akhirnya berhasil ngeluarin ribuan video, termasuk data pengguna lama dan jejak interaksi.
Menurut Henshaw-Plath, usahanya ini nggak gampang. “Prosesnya kompleks banget dan makan waktu,” katanya. “Tapi, ngelihat video-video lama itu hidup lagi, rasanya semua kerja keras terbayar.” Hasilnya, diVine sekarang punya sekitar 200 ribu video dari sekitar 60 ribu kreator, yang mayoritas adalah video-video populer di masa jayanya.
Aturan Baru: Say No to AI, Yes to Kreativitas Manusia!
Larangan Konten AI: Harus Asli, No Tipu-Tipu!
Perbedaan paling mencolok antara diVine dan platform video pendek lainnya adalah larangan penggunaan konten berbasis AI. Aplikasi ini bakal aktif menandai dan mencegah konten yang dicurigai pakai AI buat diposting. Kebijakan ini menegaskan bahwa diVine pengen jadi wadah buat kreativitas manusia yang otentik. Buat mastiin keaslian video, diVine kerja sama sama Guardian Project, organisasi yang punya teknologi buat mastiin rekaman beneran diambil sama manusia pakai smartphone.
“Kami percaya bahwa kreativitas manusia itu nggak ternilai harganya,” tegas sumber internal di diVine. “Dengan melarang konten AI, kami pengen mastiin platform kami tetap jadi ruang buat ekspresi diri yang tulus.” Kebijakan ini terbilang unik dan jadi pembeda signifikan di tengah serbuan konten berbasis AI di platform media sosial.
Hak Cipta Aman: Kreator Lama Tetap Jadi Raja
diVine menghormati banget hak cipta para kreator konten Vine lama. Mereka yang karyanya ada di arsip tetap punya hak penuh atas video mereka. Kalau ada kreator yang nggak pengen kontennya muncul di diVine, mereka bisa ngajuin permintaan penghapusan lewat DMCA takedown. Sebaliknya, kreator lama juga bisa ngambil alih akun Vine mereka dengan buktiin kepemilikan akun media sosial yang dulu terhubung sama profil Vine mereka.
Setelah proses verifikasi selesai, kreator bisa upload video baru atau nambahin konten lama yang belum berhasil dipulihin sama tim diVine. Ini kesempatan bagus buat para kreator lama buat balik berkarya dan terhubung sama penggemar mereka.
Teknologi di Balik diVine: Desentralisasi dengan Nostr
Fondasi Desentralisasi: Lebih Bebas Berekspresi
Salah satu aspek menarik dari diVine adalah fondasi teknologinya. Aplikasi ini dibangun di atas Nostr, protokol desentralisasi yang memungkinkan siapa pun buat bikin aplikasi dan server sendiri tanpa campur tangan perusahaan besar. Pendekatan ini ngasih pengguna kontrol yang lebih besar atas data dan konten mereka.
Menurut Jack Dorsey, penggunaan protokol desentralisasi adalah upaya buat buka lagi ruang eksperimentasi. Dia menekankan bahwa teknologi kayak gini ngasih pengembang dan komunitas kebebasan buat nyiptain ekosistem sosial baru yang nggak bisa dimatiin cuma karena keputusan pemilik korporasi. Fondasi desentralisasi ini jadi jaminan buat kebebasan berekspresi dan inovasi.
Respon Awal Positif: Aplikasi Sudah Bisa Dicoba!
Peluncuran awal diVine disambut antusias sama publik. Dalam empat jam pertama, lebih dari 10 ribu orang ikutan program uji coba. Aplikasi ini sekarang udah tersedia buat perangkat Android. Tapi, proses peninjauan di App Store masih berlangsung, dan aplikasinya sempat ditolak beberapa kali.
Meskipun begitu, tim diVine tetap optimis. Mereka berharap bisa segera meluncurkan aplikasi di iOS dan memperluas jangkauan mereka ke lebih banyak pengguna. “Kami terus kerja keras buat ningkatin aplikasi dan mastiin pengalaman pengguna yang optimal,” kata sumber internal di diVine.
Ke depannya, diVine punya potensi buat jadi platform video pendek yang unik dan beda. Dengan fokus sama kreativitas manusia, aturan anti-AI, dan fondasi desentralisasi, diVine berupaya nyiptain ekosistem yang lebih adil dan berkelanjutan buat para kreator konten. Keberhasilan diVine bakal bergantung banget sama kemampuannya buat narik dan mempertahankan komunitas yang aktif dan kreatif.
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran WhatsApp Channel





