Spilltekno – Kantong plastik bekas, yang sering kita lihat menumpuk jadi sampah dan momok lingkungan, ternyata punya potensi tersembunyi: jadi alat pendeteksi air canggih! Para peneliti dari sebuah universitas ternama berhasil menyulap limbah plastik ini menjadi sensor yang bisa mendeteksi logam berat berbahaya dalam air. Keren, kan? Tapi, bagaimana caranya?
Sulap Plastik Bekas Jadi Sensor Air? Begini Caranya!
Inovasi dari Kampus Biru UGM
Tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan teknologi upcycling yang mengubah kantong plastik polietilena jadi sesuatu yang lebih berharga: carbon quantum dots (CQDs). Dipimpin oleh Dr. Indriana Kartini dari Departemen Kimia, Fakultas MIPA UGM, riset ini fokus memanfaatkan sampah plastik untuk memecahkan masalah lingkungan dan kesehatan. “Ini cara kami memberi nilai tambah pada sampah plastik yang selama ini bikin pusing,” kata Dr. Indriana.
Rahasia Dapur: Proses Upcycling Plastik Jadi CQDs
Transformasi plastik bekas jadi CQDs melibatkan kombinasi metode pirolisis termodifikasi dan perlakuan hidrotermal. Simpelnya, kantong plastik diolah dengan pirolisis, yaitu memanaskan material pada suhu tinggi tanpa oksigen. Setelah itu, dilanjutkan dengan perlakuan hidrotermal, yaitu memanaskan material dalam air bertekanan tinggi. Sedikit tambahan hidrogen peroksida (kurang dari 7%) mempercepat dan meningkatkan efisiensi konversi plastik jadi CQDs. Butuh waktu sekitar 10 jam untuk seluruh proses ini, dan hasilnya CQDs fungsional dengan efisiensi cahaya (quantum yield) mencapai 10,04%! CQDs ini juga stabil terhadap sinar UV, kadar garam tinggi, dan penyimpanan lama. Mantap!
Bagaimana Sih CQDs Ini Mendeteksi Logam Berat?
Jagoan Deteksi Ion Besi (Fe³)
CQDs dari limbah plastik ini punya kemampuan unik: mendeteksi ion besi (Fe³) dalam air. Begitu CQDs terpapar ion besi, sifat optiknya berubah, terutama intensitas fluoresensinya. Perubahan ini bisa diukur dengan alat spektrofotometer, jadi peneliti bisa tahu berapa banyak ion besi dalam sampel air. Hasil uji coba di laboratorium menunjukkan, CQDs bisa mendeteksi konsentrasi besi serendah 9,50 mikromol dengan akurasi tinggi (R² = 0.9983). “Kemampuan CQDs mendeteksi ion besi dengan sensitivitas tinggi bikin material ini sangat potensial untuk memantau kualitas air,” jelas salah satu anggota tim.
Manfaatnya? Air Bersih untuk Kita Semua!
Terlalu banyak logam besi dalam air minum bisa menimbulkan masalah kesehatan, mulai dari rasa dan bau yang aneh sampai gangguan pencernaan. Sensor berbasis CQDs ini menawarkan solusi cepat, murah, dan praktis bagi masyarakat untuk memantau kualitas air minum tanpa perlu alat laboratorium mahal dan rumit. Jadi, kita bisa cek sendiri kualitas air di rumah dan memastikan air yang kita minum aman dari kontaminasi logam berat. “Ini langkah penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya air bersih dan aman,” imbuh Dr. Indriana.
Lebih dari Sekadar Penelitian: Implikasi dan Ekonomi Sirkular
Dampak Global dan Tantangan Air Bersih
Penelitian ini punya dampak besar dalam mengatasi dua masalah global: limbah plastik dan krisis air bersih. Tiap tahun, jutaan ton plastik sekali pakai berakhir di lautan dan tempat pembuangan akhir, mencemari lingkungan dan mengancam ekosistem. Sementara itu, miliaran orang di seluruh dunia masih kesulitan mendapatkan air minum yang aman dan bersih. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, lebih dari 2 miliar orang tidak punya akses ke air minum yang aman.
Teknologi upcycling plastik menjadi CQDs menawarkan solusi inovatif untuk mengurangi limbah plastik sekaligus menyediakan alat yang terjangkau untuk memantau kualitas air. Ini contoh nyata dari ekonomi sirkular, di mana limbah diubah jadi produk bernilai tinggi, bukan sekadar dibuang. Penelitian ini juga membuka peluang baru untuk mengembangkan sensor berbasis CQDs untuk mendeteksi polutan air lainnya. Tapi, tantangan utamanya adalah bagaimana meningkatkan skala produksi dan komersialisasi teknologi ini agar bisa diakses oleh banyak orang.
“Kami berharap penelitian ini bisa menginspirasi inovasi lain dalam memanfaatkan limbah untuk solusi lingkungan dan kesehatan,” pungkas Dr. Indriana. Pengembangan lebih lanjut terus dilakukan untuk meningkatkan efisiensi produksi CQDs dan memperluas aplikasinya. Ke depannya, tim peneliti berencana mengembangkan sensor yang bisa mendeteksi berbagai jenis logam berat dan polutan organik dalam air, sehingga memberikan solusi yang lebih komprehensif untuk masalah kualitas air.
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran WhatsApp Channel