Spilltekno – Industri telekomunikasi di Indonesia masih jadi arena pertarungan sengit. Menurut riset terbaru dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Telkomsel dan Indihome masih terlalu kuat untuk digoyahkan di tahun 2025. Survei “Profil Internet Indonesia 2025” ini menunjukkan keduanya merajai pasar, masing-masing di sektor seluler dan fixed broadband. Jadi, bagaimana nasib pemain lainnya? Apakah mereka cuma bisa menonton dari pinggir lapangan?
Telkomsel Masih Jadi Jagoan di Pasar Seluler
Sepertinya, mayoritas masyarakat Indonesia masih setia dengan Telkomsel untuk urusan internet di ponsel. Survei APJII mencatat, hampir separuh pengguna internet seluler (45,71%) memilih Telkomsel di tahun 2025. Walau angka ini sedikit turun dibandingkan tahun sebelumnya (47,71%), Telkomsel tetap memegang tampuk kekuasaan. Penurunan tipis ini bisa jadi sinyal adanya pergeseran preferensi atau persaingan yang mulai memanas, meski belum terlalu terasa.
Siapa Saja yang Nempel di Belakang Telkomsel?
Di bawah Telkomsel, ada Indosat yang menempel ketat dengan pangsa pasar 29,31%. Lalu, ada XL Axiata dan Axis (yang sekarang bersatu jadi XLSmart) dengan 19,75%. Smartfren sendiri berada di urutan keempat dengan 5,14%. Kalau dibandingkan dengan data tahun 2024, posisinya relatif stabil di puncak. Tapi, merger XL Axiata dan Axis jadi XLSmart sepertinya belum memberikan efek yang signifikan untuk mendongkrak pangsa pasar mereka. “Kunci untuk bersaing lebih ketat dengan Telkomsel ada di integrasi layanan dan jaringan yang solid,” ujar Anton Sudibyo, seorang pengamat telekomunikasi dari Universitas Nusantara.
Indihome: Raja di Pasar Fixed Broadband
Bukan cuma di seluler, Telkom Group juga perkasa di fixed broadband lewat Indihome. Survei APJII mencatat, Indihome menguasai 43,96% pasar internet rumah tangga di Indonesia pada tahun 2025. Artinya, hampir separuh rumah tangga yang berlangganan internet fixed broadband adalah pelanggan Indihome. Dominasi yang sangat kuat, bukan?
Operator Lain Jauh Tertinggal dari Indihome
Jurang pangsa pasar antara Indihome dan pesaingnya sangat lebar. IConnet ada di posisi kedua, tapi hanya dengan 4,24%. Biznet menyusul dengan 3,87%, dan MyRepublic dengan 2,82%. Operator lain seperti Oxygen, First Media, MNC Play, XL Home, dan pemain satelit broadband, semuanya punya pangsa pasar di bawah 3%. Bahkan, kalau semua pangsa pasar pesaing Indihome digabungkan, tetap saja tidak bisa menandingi dominasi Indihome. Pertanyaannya, strategi apa yang bisa dilakukan operator lain untuk merebut pasar dari cengkeraman Indihome? “Operator lain harus berani menawarkan inovasi layanan dan harga yang lebih menarik,” kata Rudiantara, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, dalam sebuah diskusi online.
Bagaimana Survei APJII Dilakukan?
Survei “Profil Internet Indonesia 2025” ini melibatkan 8.700 responden yang tersebar di 38 provinsi di seluruh Indonesia. Survei dilakukan antara 10 April hingga 16 Juli 2025 dengan metode wawancara tatap muka dan menggunakan teknik multistage random sampling. Respondennya adalah WNI berusia minimal 13 tahun. Margin of Error (MoE) dalam survei ini sekitar 1,1%, yang menunjukkan tingkat akurasi yang cukup tinggi. Data dan metodologi yang transparan ini membuat hasil survei ini cukup kredibel dan memberikan gambaran yang akurat tentang peta persaingan internet di Indonesia. “Survei ini penting sebagai panduan bagi para pemangku kepentingan untuk merumuskan kebijakan dan strategi pengembangan internet di Indonesia,” kata Muhammad Arif, Ketua Umum APJII, saat peluncuran laporan survei.
Dominasi Telkomsel dan Indihome di pasar internet Indonesia tahun 2025 ini jadi tantangan besar buat operator lain. Mereka harus pintar-pintar berinovasi, menawarkan layanan yang lebih menarik, dan menyasar segmen pasar yang belum terjamah supaya bisa bersaing dengan efektif. Konsolidasi dan kolaborasi antar operator juga bisa jadi strategi jitu untuk menghadapi raksasa Telkom Group. Persaingan yang sehat di industri telekomunikasi tentu saja akan menguntungkan konsumen, karena akan ada lebih banyak pilihan layanan dan harga yang lebih bersaing. Masa depan industri ini akan ditentukan oleh kemampuan operator untuk beradaptasi dengan perubahan kebutuhan pasar dan memanfaatkan teknologi baru. Spilltekno
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran Whatsapp Channel