Spilltekno – Keamanan siber untuk Operational Technology (OT) atau teknologi operasional, kini bukan lagi sekadar urusan teknisi di pabrik. Bayangkan, dari yang tadinya cuma “urusan belakang layar”, sekarang jadi topik hangat di ruang rapat para petinggi perusahaan, bahkan sampai ke meja direksi! Kenapa bisa begitu? Ya, karena urusan menjaga sistem OT ini sudah krusial banget buat kelangsungan bisnis. Serangan siber makin ganas menyasar infrastruktur penting dan sistem kontrol industri, alhasil para eksekutif mau tak mau harus turun tangan langsung memikirkan strategi dan bagaimana cara melindungi aset OT mereka. Kabar ini bukan isapan jempol belaka, lho. Ada laporan terbaru yang membuktikan kalau tanggung jawab atas keamanan OT makin naik level ke manajemen atas.
Laporan Keamanan Siber OT Global 2025: Apa Saja Temuan Kuncinya?
Laporan “Keamanan Siber OT Global 2025” ini mengungkap beberapa hal penting yang menunjukkan perubahan besar dalam dunia keamanan OT. Data dikumpulkan dari berbagai organisasi di seluruh dunia, lalu dianalisis untuk melihat tren terkini dan cara terbaik melindungi sistem yang menghubungkan dunia digital dan fisik ini.
Eksekutif Kini Lebih Bertanggung Jawab Soal Keamanan OT
Salah satu temuan paling mencolok adalah semakin banyaknya eksekutif yang “kebagian” tanggung jawab atas risiko OT. Perusahaan makin sadar, kalau keamanan OT jebol, dampaknya bisa parah! Mulai dari operasional yang terganggu, kehilangan uang, sampai reputasi yang hancur. Makanya, para pemimpin perusahaan mulai melihat keamanan OT sebagai isu penting yang butuh perhatian dan investasi serius.
“Ini perubahan besar,” kata seorang ahli keamanan siber industri. “Dulu, keamanan OT sering dianggap sekadar masalah teknis. Sekarang, para eksekutif sadar ini adalah masalah bisnis yang fundamental!”
Kematangan Keamanan OT: Ada Peningkatan, Lho!
Kabar baiknya, laporan ini juga menunjukkan kalau tingkat kematangan keamanan OT secara global makin meningkat. Makin banyak organisasi yang sudah punya visibilitas dan menerapkan segmentasi jaringan, yang merupakan langkah penting untuk mengurangi risiko serangan siber. Peningkatan ini mencerminkan investasi yang lebih besar dalam teknologi dan pelatihan keamanan OT.
Berdasarkan data, 26% organisasi melaporkan sudah mencapai Level 1 kematangan keamanan OT, yang fokus pada visibilitas dan segmentasi. Angka ini naik dari 20% di tahun sebelumnya. Sebagian besar organisasi (angkanya belum dirilis lengkap) berada di Level 2, yang berfokus pada kontrol akses dan pembuatan profil aset OT.
Pergeseran Tanggung Jawab ke CISO/CSO: Apa Artinya?
Pergeseran tanggung jawab ke tingkat eksekutif juga terlihat dari makin pentingnya peran Chief Information Security Officer (CISO) dan Chief Security Officer (CSO). Semakin banyak perusahaan yang menempatkan keamanan OT di bawah pengawasan CISO atau CSO, yang bertanggung jawab merancang dan menjalankan strategi keamanan siber yang menyeluruh.
Kenapa Keamanan Siber OT Makin Terintegrasi di Bawah CISO?
Tren integrasi ini didorong oleh kesadaran bahwa keamanan OT dan keamanan TI (Teknologi Informasi) makin terhubung. Serangan siber modern sering memanfaatkan celah di kedua lingkungan, jadi butuh pendekatan keamanan yang terkoordinasi. Dengan menempatkan keamanan OT di bawah CISO atau CSO, perusahaan bisa memastikan keamanan OT terintegrasi dengan strategi keamanan siber secara keseluruhan.
Saat ini, lebih dari separuh (52%) organisasi melaporkan bahwa CISO/CSO bertanggung jawab atas keamanan OT, naik tajam dari hanya 16% pada tahun 2022. Angka ini menunjukkan perusahaan semakin mengakui pentingnya punya satu pemimpin yang bertanggung jawab atas semua aspek keamanan siber, termasuk OT. Bahkan, di jajaran dewan eksekutif, angka yang bertanggung jawab atas keamanan siber OT mencapai 95%!
Lebih lanjut, jumlah organisasi yang berencana memindahkan keamanan siber OT di bawah CISO dalam 12 bulan ke depan diperkirakan akan meningkat dari 60% menjadi 80% pada tahun 2025. Ini menunjukkan tren integrasi ini akan terus berlanjut.
“Mengintegrasikan keamanan TI dan OT adalah kunci untuk melindungi infrastruktur penting,” kata seorang analis keamanan siber. “Dengan menggabungkan keahlian dan sumber daya dari kedua tim, perusahaan bisa lebih efektif mendeteksi dan merespons ancaman siber.”
Kematangan Keamanan Berpengaruh pada Dampak Serangan?
Laporan “Keamanan Siber OT Global 2025” juga menemukan adanya hubungan antara tingkat kematangan keamanan OT dan dampak serangan siber. Organisasi dengan tingkat kematangan keamanan yang lebih tinggi cenderung mengalami dampak yang lebih kecil dari serangan siber. Ini menunjukkan investasi dalam keamanan OT bisa membantu mengurangi risiko dan meminimalkan kerusakan akibat serangan siber.
Meskipun laporan tidak merinci data spesifik mengenai penurunan dampak serangan, temuan ini menggarisbawahi pentingnya terus meningkatkan kematangan keamanan OT. Perusahaan perlu berinvestasi dalam teknologi, pelatihan, dan proses untuk meningkatkan visibilitas, kontrol akses, dan kemampuan deteksi ancaman.
Intinya, makin meningkatnya perhatian terhadap keamanan siber OT di tingkat eksekutif dan pergeseran tanggung jawab ke CISO/CSO menunjukkan bahwa perusahaan semakin sadar betapa pentingnya melindungi infrastruktur penting mereka dari ancaman siber. Dengan berinvestasi dalam keamanan OT dan mengintegrasikannya dengan strategi keamanan siber secara keseluruhan, perusahaan bisa mengurangi risiko serangan siber dan memastikan bisnis tetap berjalan lancar. Tantangan ke depan adalah bagaimana perusahaan dapat terus meningkatkan kematangan keamanan OT mereka dan beradaptasi dengan lanskap ancaman yang terus berkembang. Ini butuh komitmen berkelanjutan dari seluruh organisasi, mulai dari para petinggi sampai teknisi di lapangan. Spilltekno
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan Saluran Whatsapp Channel